Bisnis.com, MANADO—Neraca perdagangan Sulawesi Utara Januari 2019 tercatat surplus US$57,86 juta, dikontribusi oleh kinerja ekspor nonmigas.
Kepala Badan Pusat Statisik (BPS) Sulawesi Utara Ateng Hartono menjelaskan, nilai ekspor nonmigas Sulawesi Utara pada Januari mencpai US%65,85 juta. Di sisi lain, jumlah impor tercatat lebih rendah, yakni US$7,99 juta.
“Neraca perdagngan Sulawesi Utara masih surplus, kami surplus banyak, US$57,86 juta suprlusnya,” ujarnya di Manado, Jumat (1/3/2019).
Dia menjelaskan, komiditas ekspor nonmigas terbesar pada Januari adalah lemak dan minyak hewan/nabati senilai US$27,52 juta, atau setara 41,8% dari total ekspor. Sementara itu, komoditas impor tersbesar adalah bahan kimia organik senilai US$2,36 juta, setara 29,53% dari total.
Sebagian besar komoditas ekspor nonmigas dikirim melalui beberapa pelabuhan di Sulawesi Utara, tetapi ada juga yang sebagian dikirim melalui pelabuhan di provinsi lain. Pelabuhan Bitung, lanjutnya, memfasilitasi lebih dari 30% ekspor dari Sulawesi Utara.
“Komoditas yang ada di sumut, itu tidak seluruhnya diekspor melalui Bitung, walaupun demikian saya ingin lebih ekpsor di Bitung itu dapat meningkat, sekaranh baru 30,5% ekspor dari Bitung,” ujarnya.
Baca Juga
Adapun, berdasarkan tujuannya, Singapura menjadi tujuan ekspor terbesar Sulawesi Utara. Dia menuturkan, komoditas yang paling banyak diekspor ke negara tersebut adalah emas dan perhiasan, serta ikan dan udang.
“Yang mengakibatkan kontribusi ekspor besrar ke Singapura adalah emas, dan perhiasan itu paling banyak ekspor ke singapura, yang kedua adalah ikan udang, dan yang ketiga adalah sayuran, yang keempat yang banyak adalah kain perca ini banyak diminati di Singapura,” jelasnya.
Namun demikian nilai ekspor nonmigas Sulawsi Utara pada Januari mengalami penurunan nilai free on board (FOB) sebesar 10,55% dibandingkan Desember 2018 senilai RpUS$73,61 juta. Selain itu, secara tahunan, nilai ekspor juga menurun 29,46%.
Menurutnya, penurunan tersebut merupakan dampak dari perang dagang yang terjadi antara Amerika—China yang mulai berdampak ke negara-negara tujuan ekspor dari Manado. Hal itu membuat daya serap negara-negara tujuan menjadi berkurang.
“Sebagian besar eksportir sudah memiliki kerja sama dengan negara tersebut, maka tidak bisa dengan mudah ganti negara tujuan penerima ekspor. Jadi saat negara itu saat permintaannya turun, otomatis akan seperti itu,” ujarnya.