Bisnis.com, KENDARI – Produksi sagu dari beberapa wilayah di Sulawesi Tenggara tidak hanya untuk memenuhi konsumsi lokal masyarakat khususnya penduduk suku Tolaki Kota Kendari, Konawe, Konawe Utara, Konawe Selatan dan Kolaka, tetapi permintaan dari luar Sultra pun juga mulai meningkat sehingga harganya berangsur naik.
"Produk sagu basah akhir-akhir ini cukup diminati pasar antar pulau khususnya di pulau Jawa, NTT hingga ke Papua," kata Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sultra, Muhammad Ali di Kendari, Kamis (28/2/2019).
Menurut dia, permintaan sagu basah akhir-akhir ini diakuinya cukup tinggi sehingga petani pengolah kewalahan memenuhi permintaan pasar. Akibatnya, proses pengiriman sagu basah ke daerah menyesuaikan dengan kondisi stok yang ada.
Pantauan di sejumlah pasar tradisional dan pasar induk di Kendari, harga sagu basah dan sagu dalam bentuk tepung kering bervariasi.
Harga sagu basah di tingkat petani produsen berkisar Rp3.500 - Rp4.000 per kg, di tingkat pedagang pengumpul Rp5.3000 per kg dan di tingkat pedagang pengecer Rp8.000 per kg.
Sedangkan harga sagu dalam bentung tepung kering di tingkat petani produsen Rp5.000 per kg, di tingkat pedagang pengumpul Rp6.500 per kg dan pada tingkat pedagang pengecer Rp8.000 per kg.
Menurut Ali, setiap satu bulan, antarpulau sagu yang dilakukan kalangan pengusaha hasil bumi mengirim sagu basa dari pelabuhan Kendari ke Surabaya dengan volumen 100-200 ton, atau 4-6 kontainer sekali kirim.
"Permintaan pasar terhadap produk hasil bumi dari Sultra itu, cukup besar setelah pihak Disperindag Sultra melakukan kegiatan pasar lelang produk komoditas yang dilakukan sekali dalam 2-3 bulan," tuturnya.
Kegiatan pasar lelang yang dilakukan Disperindag Sultra itu, sangat ditunggu para pelaku usaha yang berkecimpun pada usaha beli berbagai produk komoditi yang tidak hanya pada hasil perkebunan, tetapi juga hasil pertanian dan kehutanan.