Bisnis.com, MANADO—Pemerintah Sulawesi Utara menyambangi kantor pusat sejumlah perusahaan pembeli kopra terbesar di Sulawesi Utara guna mendongkrak harga kopra petani di Bumi Nyiur Melambai.
Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw mengadakan pertemuan langsung dengan direksi PT Cargill Indonesia, PT Multi Nabati Bitung dan PT Agro Makmur, selaku tiga perusahaan terbesar pembeli kopra di Gedung Menara Revindo, Kamis (06/12). Pertemuan ini merupakan tindak lanjut setelah beberapa hari sebelumnya Pemprov Sulut juga mengadakan pertemuan dengan pimpinan kantor cabang ketiga perusahaan tersebut di Sulawesi Utara.
Dalam pertemuan tersebut, Steven menyampaikan bahwa Pemprov Sulut memahami situasi dan kondisi fluktuasi harga kopra saat ini yang menurun sebagai akibat dari konsumsi dan permintaan pasar dunia yang menurun.
Namun, dia juga meminta agar perusahaan-perusahaan yang merupakan pembeli utama komoditi kopra tersebut untuk mengurangi sedikit keuntungannya dan menaikkan harga kopra yang dibeli dari masyarakat, terlebih ketika saat ini sebagian besar para petani sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi perayaan Natal.
“Kita minta mereka untuk tergerak hatinya, menurunkan sedikit keuntungannya dengan menaikkan harga beli kopra dari petani,” ujarnya, seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (06/12).
Melalui pembahasan yang alot, ketiga perusahaan tersebut merespons positif keinginan Pemerintah Provinsi Sulut dan memintakan agar ada surat himbauan ke pihak perusahaan sebagai pijakan bagi mereka dalam mengambil keputusan. Di sisi yg lain, PT Cargill menyatakan bahwa saat ini pihaknya sementara bermitra dengan sekitar 88 orang petani kopra yang tesertifikasi dan membeli kopra dengan harga yang jauh lebih tinggi/premium, sambil mengharapkan Pemprov memfasilitasi agar para petani yang bersertifikat lebih banyak lagi sehingga produk kopra terstandarisasi dan bisa dibeli dengan harga tinggi.
Dalam kesempatan tersebut juga perusahaan-perusahaan ini berkomitmen untuk turut serta menanggulangi penduduk miskin di Sulawesi Utara melalui dana CSR (Corporate Social Responsibility) yang nantinya diarahkan untuk penyediaan sarana perumahan atau rumah layak huni.
Sebelumnya, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Hanny Wajong mengusulkan untuk membuat Sistem Resi Gudang (SRG) guna mengatasi anjloknya harga kopra. Dengan SRG nantinya pada saat harga kopra rendah petani dapat menyimpan kopra di resi gudang dan menjualnya pada saat harga bagus.
Sementara itu, resinya diuangkan ke bank untuk modal kerja atau produksi yang lain. Pada saat harga bagus barang di gudang dapat dijual, dan hasilnya membayar pembiayaan dari bank.
"Saya tertarik dengan usulan sistem resi gudang ini. Nanti akan dipelajari dan disiapkan semuanya," tutur Kandouw.