Bisnis.com, MANADO—Bank Indonesia Perwakilan Manado memprediksi laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara akan lebih tinggi pada semester kedua tahun ini.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut Soekowardojo menjelaskan, perekonomian Sulut pada kuartal II/2018 tercatat tumbuh sebesar 5,83% secara tahunan, jauh di bawah proyeksi dan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi kuartal I sebesar 6,68%.
Meski demikian, sejumlah faktor seperti penyerapan anggaran pemerintah dan pertumbuhan sektor pariwisata dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut di akhir tahun nanti.
“Peningkatan wisatawan yang berkunjung ke Sulut berpotensi menjadi sumber pertumbuhan baru selain pertumbuhan di sektor utama. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan akan mengalami peningkatan pada semester II 2018,” ujarnya, Selasa (7/8).
Selain itu, pihaknya memperkirakan membaiknya pasokan bahan baku untuk industri akan berdampak positif bagi kinerja ekspor Sulut. Konsumsi rumah tangga juga diperkirakan masih kuat.
Dia menambahkan, Bank Indonesia akan terus berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut, baik melalui strategic advisory, pengendalian inflasi, pengedaran uang, pengembangan UMKM, gerakan non tunai, sekaligus memperkuat koordinasi dengan pemda.
Baca Juga
Menurutnya, fokus dari upaya tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, baik melalui peningkatan produktivitas maupun pencarian dan pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru, mengingat pertumbuhan ekonomi Sulut saat ini masih di bawah kapasitas potensialnya.
“Ekonomi Sulut berpotensi tumbuh lebih tinggi hingga 7%, namun untuk merealisasikannya perlu didukung oleh seluruh elemen pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan pembangunan berdasarkan prioritas yang memberikan dampak ekonomi tinggi,” ujarnya.
Secara sektoral, pelambatan pertumbuhan ekonomi SUlut pada kuartal II/2018 didorong oleh kontraksi di sektor pertanian,perlambatan pertumbuhan sektor konstruksi dan transportasi.
Kontraksi di sektor pertanian salah satunya disebabkan oleh produksi padi dan jagung yang menurun. Sementara sektor konstruksi mengalami pelambatan sejalan denganperlambatan investasi. Hal ini sejalan dengan masih lambatnya realisasi belanja modal pemerintah dan pembangunan proyek infrastruktur strategis di Sulut.
Seperti diketahui, penurunan kinerja sektor pertanian di Sulawesi Utara menjadi salah satu faktor pemicu melambatnya pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut pada kuartal II/2018 sebesar 5,83% secara tahunan, turun 0,77% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan lapangan usahanya, ekonomi Sulut pada kuartal II/2018 didukung oleh pertumbuhan hampir semua lapangan usaha kecuali lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan serta pengadaan air. Lima sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah jasa lainnya sebesar 12,72%, jasa kesehatan 9,98%, jasa perusahaan 9,73%, administrasi pemerintahan 8,98% dan transportasi 8,91%.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut mencatat, sektor pertanian berkontribusi sebesar 20,59% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), terbanyak dibandingkan sektor lainnya.
Sayangnya, sektor ini justru mengalami penurunan sebesar 0,30%, yang diakibatkan oleh penurunan produktivitas sub lapangan usaha makanan pangan seperti padi dan jagung, serta penurunan subsektor perkebunan seperti kelapa.
Ateng Hartono, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara menjelaskan, dari sisi produksi pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha jasa lainnya yang tumbuh 12,72%. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 11,87%.
“Adanya bulan Ramadan dan Idul Fitri, dan libur panjang turut meningkatkan industri jasa hiburan dan jasa lainnya seperti jasa penyewaan kendaraan. Kunjungan wisatawan juga berpengaruh ke jasa travel,” ujarnya.
Sementara menurut pengeluaran, ekonomi Sulut pada kuartal II/2018 masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga sebesar 45,15%, dengan laju pertumbuhan konsumsi sebesar 4,12%.
Selanjutnya, kontribusi terbesar kedua adalah dari investasi, atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 33,99% terhadap PDRB, sedangkan laju pertumbuhannya pada kuartal II/2018 hanya sebesar 2,17%.