Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapal RoRo Filipina Berlabuh di Bitung

Kapal Super Shuttle RoRo 12 milik maskapai Asian Transport Marine telah merapat di dermaga Pelabuhan Bitung setelah pada 30 April 2017 lalu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Rodrigo Duterte.
Kapal RoRo Filipina/Bisnis.com
Kapal RoRo Filipina/Bisnis.com

Bisnis.com, BITUNG -- Kapal Super Shuttle RoRo 12 milik maskapai Asian Transport Marine telah merapat di dermaga Pelabuhan Bitung setelah pada 30 April 2017 lalu diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Rodrigo Duterte.

Sebelum berlabuh di Bitung, Kapal Super Shuttle RoRo 12 singgah di General Santos City. Alhasil, kapal menempuh waktu tiga hari untuk sampai ke Bitung.Kapal Super Shuttle RoRo 12 membawa 45 ABK dengan 1 nahkoda dan 1 mualim.

Daniel Singal Pesik, Wakil Ketua Kadin Sulawesi Utara, mengatakan pada pelayaran perdana, kapal mengangkut muatan sebanyak 5 TEUs dari total kapasitas muatan sebanyak 500 TEUs.

"Kami akan segera buat sosialisasi peluang ekspor berkat adanya rute ini," ujarnya kepada Bisnis.com di sela persiapan upacara penyambutan di Pelabuhan Bitung, Selasa (2/5/2017).

Rute Bitung-Davao City merupakan bagian dari Master Plan Konektivitas ASEAN dan cetak biru dari The East Asean Growth Area yang sudah dirintis sejak 1994. Inisiatif ini melibatkan empat negara ASEAN, yakni Indonesia, Brunei, Malaysia, dan Filipina.

Kementerian Perhubungan mengestimasi, waktu tempuh rute Davao-General Santos-Tahuna-Bitung hanya mencapai delapan hari dengan ongkos US$550 per TEUs (Twenty-foot Equivalent Unit).

Waktu dan biaya ini jauh lebih irit dibandingkan dengan jalur konvensional Bitung ke Manila yang mencapai lima minggu dengan ongkos US$2.000 per TEUs.

Bitung dengan Davao sesungguhnya bertetangga karena hanya terpaut 389 mil atau 626 km.

Namun, ironis ekspor Sulawesi Utara dengan Mindanao justru harus menempuh rute memutar, menyinggahi Jakarta lalu Singapura sebelum ke Manila untuk kemudian berlabuh di Davao.

Data BPS menunjukkan, tren ekspor Sulawesi Utara ke Filipina melandai. Sepanjang 2016, ekspor Bumi Nyiur Melambai turun 16,21% menjadi US$23,82 juta.

Bahkan, di 2015, ekspor turun hingga 43% dari posisi pada 2014 sebear US$49,87 juta. Perlu diketahui, ekspor Sulut ke Filipina hampir seluruhnya melalui provinsi lain.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rustam Agus
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper