Bisnis.com, MAKASSAR — Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam dua kuartal terakhir tengah menjadi perhatian banyak pihak. Produksi sektor unggulan yang terus mengalami kontraksi membuat Bank Indonesia berusaha mendorong semua pemangku kepentingan dan pelaku industri di wilayah ini bekerja lebih progresif.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulsel Rizki Ernadi Wimanda memaparkan, tantangan terbesar ada pada sektor pertanian. Setelah dihantam El Nino pada akhir kuartal tahun lalu, Sulsel diprediksi akan menghadapi risiko terjadinya La Nina pada tahun ini yang bisa saja menggerus produksi pertanian. Belum lagi penyaluran pupuk subsidi yang kerap tidak tepat sasaran.
Maka dari itu, pengembangan sektor ini harus menjadi fokus utama, antara lain melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi, pengembangan hilirisasi, optimalisasi pembiayaan, penyediaan bibit, serta memastikan kelancaran distribusi pupuk subsidi.
"Untuk sub-sektor perikanan, di Sulsel juga perlu dilakukan penambahan pabrik es, optimalisasi cold storage, pemanfaatan mesin vacuum sealing, serta penambahan kolam-kolam bioflok," ungkapnya kepada wartawan, Minggu (26/5/2024).
Selain sektor pertanian, Rizki menambahkan, tantangan di Sulsel saat ini terjadi pada iklim investasi yang masih terkendala karena belum optimalnya suplai listrik, aspek infrastruktur dasar, dan konektivitas yang belum optimal. Ditambah lagi faktor investor yang masih wait and see menunggu hasil Pemilihan Kepala Daerah.
Begitu juga pada ekspor yang masih lemah mengingat situasi global belum pulih dan hambatan aspek daya saing provinsi serta aspek SDM yang masih relatif rendah.
Baca Juga
"Melihat kondisi ini, ada beberapa rekomendasi, seperti pemberian insentif fiskal daerah berbasis ekspor, perbaikan dan pembangunan infrastruktur jalan dan pelabuhan, pemberian insentif investasi dan mendorong realisasi proyek investasi, serta melanjutkan persiapan proses transisi pemerintah daerah yang lancar," paparnya.