Bisnis.com, MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu daerah yang menyatakan siap dalam melakukan akselerasi produksi untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Ada 80.619 hektare lahan persawahan di wilayah ini yang siap digenjot untuk mendapatkan hasil pada November-Desember 2023.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura & Perkebunan Provinsi Sulsel Imran Jausi mengatakan pihaknya kini tengah mendorong tiap pemerintah kabupaten untuk melakukan survey dan identifikasi calon petani dan calon lokasi (CPCL) dalam rangka pemberian bantuan benih dari Kementerian Pertanian. Proses ini diharapkan bisa sepenuhnya rampung pada bulan ini supaya pada Desember 2023 sudah bisa panen.
"Kita desak pemda untuk masukkan proposalnya, lokasi-lokasinya, karena kementerian akan bantu benih. Proses ini semakin berjalan, kita mendorong terus, kita memantau supaya akhir tahun sudah bisa produksi. Beberapa daerah yang sudah ada CPCL, kita dorong langsung menanam," paparnya kepada Bisnis, Kamis (14/9/2023).
Kondisi persawahan Sulsel yang cukup kondusif dengan tingkat fuso yang rendah, ditambahkan Imran, diproyeksi akan memantapkan upaya penambahan produksi tahun ini. Pemerintah provinsi baru menemukan fuso di lahan pertanian di Kabupaten Maros seluas 170 hektare, sementara lainnya masih dalam kondisi baik.
Untuk mencegah fuso semakin meluas, pihaknya akan memanfaatkan pompa air dan sumur bor dalam menjaga ketersediaan air di lahan pertanian. "Kalau ada sungai dan irigasi bagus, itu kita digunakan, juga pompa air dan sumur bor, kita akan intervensi itu," paparnya.
Sementara Ketua Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Sulsel Rachmat Sasmito mengatakan para petani di wilayah ini juga siap melakukan akselerasi penambahan produksi di sisa tahun ini. Hanya saja pemerintah juga perlu melakukan upaya, seperti menambah peruntukan subsidi pupuk dan subsidi benih demi merangsang produksi.
Baca Juga
Dia menjelaskan, selama ini pembatasan subsidi pupuk menjadi kendala terbesar bagi para petani Sulsel dalam meningkatkan produksinya. Oleh karena itu, dalam ancaman kekeringan lahan persawahan yang ada saat ini, pemerintah sudah sewajarnya melakukan melonggarkan subsidi.
"Petani di Sulsel itu sudah siap, tapi kendalanya pembatasan subsidi pupuk yang sangat mengganggu. Kalau pemerintah ingin mengebut target tambahan pangan, harusnya subsidi itu diperlonggar dulu, jangan diperketat pembatasan subsidi pupuknya," ungkapnya.
Jika program subsidi ini diperluas, maka baginya tidak menutup kemungkinan Sulsel akan menjadi daerah penyangga beras terbesar nasional untuk tahun ini, mengingat pada November dan Desember sudah memasuki musim penghujan. Jadi meskipun saat ini debit air di beberapa wilayah Sulsel turun, tapi masih bisa memenuhi untuk semua lahan pertanian pada akhir tahun nanti.
"Kalau ada infrastruktur, kami petani selalu siap. Kalau pemerintah ingin ada penambahan, maka harus dibarengi dengan kesiapan seperti subsidi benih dan pupuk. Semua upaya penambahan ini akan menjadi mustahil, kalau semua dibebankan kepada petani," tuturnya.