Bisnis.com, MAKASSAR — Penyaluran kredit di Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Januari 2023 tercatat mencapai Rp138,35 triliun atau tumbuh 7,82 persen (yoy). Terdiri dari kredit produktif Rp74,89 triliun dan kredit konsumsi Rp63,46 triliun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 6 Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) Darwisman menjabarkan, berdasarkan sektor lapangan usaha, pertumbuhan kredit dengan share tertinggi yakni sektor perdagangan sebesar 26,09 persen. Sektor ini tercatat mencapai Rp36,07 triliun atau tumbuh 5,26 persen (yoy).
Sektor selanjutnya adalah pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar 7,84 persen atau mencapai Rp10,72 triliun dengan pertumbuhan 25,46 persen (yoy). Kemudian ada sektor industri pengolahan sebesar 4,42 persen atau mencapai Rp6,12 triliun dengan pertumbuhan 20,78 persen (yoy).
Adapun pada sektor bukan lapangan usaha, kredit untuk pemilikan peralatan rumah tangga lainnya menjadi share tertinggi dengan 18,58 persen atau mencapai Rp25,84 triliun dengan pertumbuhan 4,55 persen (yoy).
Kemudian ada kredit untuk pemilikan rumah tinggal sebesar 14,24 persen atau mencapai Rp19,7 triliun dengan pertumbuhan 6,44 persen (yoy).
Sementara dari penyebarannya, Makassar menjadi daerah dengan penyaluran kredit tertinggi mencapai Rp73,73 tiliun. Selanjutnya diikuti oleh Parepare Rp7,67 triliun, Palopo Rp5,94 triliun, Bulukumba Rp4,31 triliun, dan Bone Rp4,29 triliun.
Baca Juga
"Kalau kita lihat penyebarannya, Makassar mendominasi dengan 54,33 persen dari total penyaluran kredit di Sulsel. Ini memperlihatkan jika Makassar masih menjadi pusat ekonomi, jauh dari daerah lainnya, ungkap Darwisman di Makassar, Selasa (21/3/2023).
Jika melihat dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulsel, sampai januari 2023 tercatat sebesar Rp115,19 triliun atau tumbuh 2,79 persen (yoy). DPK masih didominasi oleh tabungan dengan persentase 61,92 persen dari total DPK, kemudian deposito 22,87 persen, dan giro 15,21 persen.
"Tabungan tercatat sebesar Rp70,10 triliun, deposito sebesar Rp28,03 triliun, dan giro sebesar Rp17,06 triliun," paparnya.
Dia menambahkan, untuk non performing loan (NPL) sendiri di Sulsel masih berada pada level yang aman yakni 2,73 persen, masih jauh dari ambang batas 5 persen. NPL untuk sektor produktif tercatat sebesar Rp2,63 triliun atau 3,51 persen dan pada sektor konsumtif sebesar Rp1,05 triliun atau 1,66 persen.