Bisnis.com, MAKASSAR — Produksi garam Sulawesi Selatan (Sulsel) terus menurun dari tahun ke tahun. Pada 2019 produksi garam di wilayah ini mencapai angka tertinggi hingga 140.338 ton, namun tahun ini, hingga triwulan III, produksinya baru hanya 1.283,41 ton saja.
Menurunnya produksi garam ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti cuaca yang tidak menentu dan pasang surut air laut. Selain itu rendahnya konsumsi masyarakat akan garam lokal yang membuat penjualan garam menurun, membuat para patani perlahan meninggalkan profesi sebagai petani garam.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel Muhammad Ilyas menjelaskan pada 2018, total produksi garam Sulsel mencapai 86.712 ton, yang kemudian mengalami lonjakan di tahun selanjutnya mencapai 140.338 ton. Namun pada 2020 produksi garam mulai turun drastis menjadi 45.310 ton saja, kemudian pada 2021 total produksi hanya 1.500 ton.
"Sementara di 2022 sampai triwulan III, produksi garam kita mencapai titik terendah, hanya 1.283,41 ton saja," kata Ilyas, Selasa (22/11/2022).
Meskipun produksinya cukup menantang dari tahun ke tahun, pemerintah daerah tetap optimistis Sulsel mampu memberi andil dalam rangka pemenuhan kebutuhan garam nasional. Penerapan teknologi kepada para petani dan upaya mendorong konsumsi garam lokal menjadi fokus utamanya.
Pemprov Sulsel pun saat ini tengah menyusun Rancangan Peraturan Gubernur (Ranpergub) mengenai pengelolaan pergaraman di wilayahnya. Tujuannya untuk mencapai kembali produksi garam yang amat tinggi pada 2019 lalu.
Baca Juga
Ilyas menjelaskan, Ranpergub tersebut akan fokus ke beberapa poin di antaranya soal mendorong produktivitas garam, meningkatkan kualitas, menjaga kesinambungan produksi, dan membentuk kelembagaan usaha.
"Kita lagi buat Ranpergub dari hulu ke hilir, dari produksi sampai bagaimana hilirisasi pasarnya. Karena kalau kita dorong produksi tapi pasar tidak menarik, petani juga tidak mau mengembangkan. Semoga di Pergub nanti semua poin bisa berjalan," ungkap Ilyas.
Pihaknya juga akan segera membangun berbagai kawasan pusat garam terutama di lima wilayah penghasil garam, yaitu Kabupaten Jeneponto, Takalar, Pangkep, Maros, dan Selayar. Di wilayah tersebut akan dimasukkan berbagai teknologi produksi sampai teknologi prosessing.
Pengembangan Rumah Prisma dan penerapan sistem tunnel di area tambak kawasan pusat garam akan diterapkan guna menghindari ancaman gagal produksi karena cuaca buruk dan pasang surut air laut. Teknologi ini pula yang belum banyak digunakan para petani Sulsel sehingga produksinya selama ini tidak maksimal.
"Kita juga harapkan supaya garam kita bisa diolah menjadi industri garam farmasi, makanya kita akan mulai tingkatkan produksi. Tapi intinya, garam bisa dikonsumsi dulu oleh masyarakat Sulsel sendiri. Kita akan buat aturan supaya masyarakat senantiasa pakai garam lokal," paparnya.