Bisnis.com, GORONTALO - Pemprov Gorontalo menempuh sejumlah langkah setelah provinsi itu mengalami pertumbuhan ekonomi terendah pada Triwulan II tahun 2020, yang terkontraksi sebesar -0,27 persen.
Angka itu jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang berada pada posisi 4,05 persen.
"Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II ini adalah yang terendah sejak Provinsi Gorontalo berdiri hingga tahun 2020. Ini adalah dampak dari pandemi selama ini," ungkap Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim saat menjadi pembicara pada webinar Forum Kajian Ekonomi dan Keuangan, yang digelar oleh Kantor Perwakilan BI Gorontalo bekerja sama dengan ISEI Provinsi Gorontalo secara virtual, Selasa (20/10/2020).
Dengan kondisi tersebut, Pemprov Gorontalo mengambil berbagai langkah strategis untuk menangani dampak meluasnya pandemi Covid-19.
Mulai dari mengalokasikan anggaran lebih banyak untuk sarana dan prasarana kesehatan, Jaring Pengaman Sosial, stimulus bagi UMKM, hingga percepatan penyerapan anggaran untuk mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
"Belanja APBD Pemprov Gorontalo mendapat apresiasi dari Menteri Dalam Negeri karena realisasinya melampaui target. Hingga bulan September 2020 realisasi fisik sebesar 74,93 persen dan keuangan mencapai 63,18 persen," jelasnya.
Baca Juga : Sektor Pariwisata Gorontalo Utara Perlu Dibenahi |
---|
Menurutnya kontribusi daerah sangat penting dalam mendorong PEN.
Oleh karena itu, Pemprov Gorontalo telah meminta seluruh Organisasi Perangkat Daerah untuk segera membelanjakan dananya agar dapat meningkatkan daya beli masyarakat serta menggerakkan roda ekonomi di daerah.
"Pemprov Gorontalo juga terus mendorong investasi untuk mengelola potensi daerah di sektor pertanian, perikanan, peternakan, dan pariwisata dalam rangka pemulihan ekonomi daerah dan nasional," tambahnya.
Sementara itu Kepala Perwakilan BI Gorontalo Budi Widihartanto, menjelaskan, pandemi Covid-19 telah mematahkan prediksi pertumbuhan ekonomi global dari yang semula diperkirakan tumbuh positif menjadi terkontraksi negatif.
Menurutnya, ketidakstabilan dan ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi, berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang mengarah pada resesi.
"Sejalan dengan kondisi perekonomian secara nasional, juga berdampak pada kinerja perekonomian di Gorontalo. Pertama kalinya perekonomian Gorontalo mengalami kontraksi negatif. Padahal rata-rata dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Gorontalo berada di level tujuh persen," jelas Budi.
Budi menambahkan, pemerintah telah mengalokasikan dana kurang lebih sebesar Rp695,2 triliun pada tahun 2020 untuk program PEN baik di sisi produksi maupun konsumsi.
Dana tersebut antara lain akan dialokasikan untuk program kesehatan, sosial, UMKM, dan koperasi.
"Pencapaian realisasi PEN saat ini mencapai Rp344 triliun atau setara 49 persen dari total dana tersebut," katanya.