Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awal 2020, Inflasi Hantui Sulawesi Selatan

Kelima kabupaten/kota rujukan tersebut di antaranya Kabupaten Bulukumba, Watampone, Kota Makassar, Parepare, dan Palopo. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel menyebut terjadi kenaikan di lima daerah tersebut dari 103,27 pada Desember 2019 menjadi 103,92 pada Januari 2020.
Pedagang aneka bahan bumbu masakan tertidur saat menunggu calon pembeli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang aneka bahan bumbu masakan tertidur saat menunggu calon pembeli di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, MAKASSAR  - Upaya Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) untuk menekan angka inflasi tampaknya belum menuai hasil. Di awal tahun 2020, inflasi justru menghantui Sulsel. Merujuk pada indeks harga konsumen (IHK) dari 5 kabupaten/kota, Sulsel tercatat mengalami inflasi sebesar 0,63 persen.

Kelima kabupaten/kota rujukan tersebut di antaranya Kabupaten Bulukumba, Watampone, Kota Makassar, Parepare, dan Palopo. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel menyebut terjadi kenaikan di lima daerah tersebut dari 103,27 pada Desember 2019 menjadi 103,92 pada Januari 2020. 

 "Inflasi tertinggi terjadi di Kota Parepare sebesar 0,96 persen dengan nilai IHK sebesar 103,80 sedangkan inflasi terendah terjadi di kota Palopo sebesar 0,13 persen dengan nilai IHK sebesar 103,37," jelas Yos, Senin (3/2/2020).

 Yos memaparkan, inflasi gabungan yang terjadi di lima daerah tersebut dipicu adanya kenaikan harga pada sejumlah komoditas, seperti rokok kretek filter, air kemasan, cabai merah, ikan layang, bawang merah, beras, cabai rawit, minyak goreng, rokok putih, ikan cakalang.

Seluruh komoditas tersebut termasuk dalam sejumlah kelompok di antaranya makanan, minuman, dan tembakau dengan kenaikan harga sebesar 2,18 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,35 persen.

Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09 persen. Selanjutnya, kelompok kesehatan sebesar 0,84 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,02 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,24 persen.

"Meski begitu, ada juga komoditi yang mampu menahan laju inflasi, yakni tarif angkutan udara, tarif angkutan antarkota, apel, daging ayam ras, bensin, udang basah, petai, sabun mandi, labu parang, jeruk, dan lainnya," terang Yos.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper