Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Regulator Optimistis Pertumbuhan Perbankan Sulut 2019 Lewati Tahun Lalu

Otoritas Jasa Keuangan optimistis pertumbuhan bisnis perbankan di Sulawesi Utara dapat terus terakselerasi hingga akhir tahun.
Ilustrasi kegiatan perbankan./Bisnis-Himawan L. Nugraha
Ilustrasi kegiatan perbankan./Bisnis-Himawan L. Nugraha

Bisnis.com, MANADO – Otoritas Jasa Keuangan optimistis pertumbuhan bisnis perbankan di Sulawesi Utara dapat terus terakselerasi hingga akhir tahun.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Maluku Utara (Sulutgomalut) Slamet Wibowo menerangkan hingga Mei total kredit dan dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat Rp38,44 triliun dan Rp25,48 triliun. Sementara itu, total aset Rp44,06 triliun.

Masing-masing kredit, DPK, dan aset perbankan tumbuh 5,83%, 4,21%, dan 5,39% secara tahun berjalan. Melihat performa itu, dia optimistis pertumbuhan tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

“Pasti di akhir tahun total akan lebih tinggi lagi, demikian pula kredit, kami optimistis akhir tahun bisa lebih tinggi dari pertumbuhan tahun lalu, sehingga perbankan bisa support pertumbuhan ekonomi Sulut,” katanya di Manado pada Rabu (24/7/2019).

Pada akhir tahun lalu, total aset perbankan Sulut Rp41,63 triliun. Sementara itu, total kredit dan DPK masing-masing Rp36,89 triliun dan Rp24,18 triliun. Masing-masing pertumbuhan aset, kredit, dan DPK secara tahunan pada 2018 adalah 7,18%, 6,85%, dan 2,23%.

Namun, Sulut tercatat memiliki rasio kredit terhadap DPK yang cukup tinggi, yakni 150,84%. Slamet mengatakan bahwa hal ini mengindikasikan perbankan di Sulut menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, khususnya dalam menyalurkan dana.

“Jadi, artinya kredit banyak tersalurkan di Sulut, dananya dari bank-bank di daerah lain. Nah, ini kan lebih bagus daripada dananya dari Sulut tapi disalurkannya di tempat lain,” ujarnya.

Penyaluran kredit di Sulut didominasi oleh jenis kredit konsumsi yang mencapai Rp22,69 triliun, tumbuh 2,85% secara tahun berjalan. Adapun, kredit investasi dan modal kerja masing-masing mencapai Rp5,54 triliun dan Rp10,21 triliun.

Dari sisi kualitasnya, kredit investasi memiliki rasio kredit bermasalah paling rendah, yakni 2,68%. Sementara itu, kredit konsumsi dan modal kerja tercatat memilki rasio kredit bermasalah sebesar 3,12% dan 5,08%.

“Kalau kita lihat dari nominalnya memang paling besar adalah kredit konsumsi, jadi ini ini memang faktanya di Sulut. Ke depan, kami harapkan kredit konsumsi bisa juga yang sedikit produktif, misalnya kredit perumahan tapi untuk dijadikan tempat kos, rumah kedua untuk disewakan,” kata Slamet.

Sementara itu, sampai dengan Mei penghimpunan DPK didominasi oleh pertumbuhan giro dan deposito, masing-masing tumbuh 11,16% dan 21,81%. Tabungan justru turun 5,45%. Secara keseluruhan DPK tumbuh 5,39% secara tahun berjalan.

“Semuanya baik, kecuali tabungan. Hal ini kemungkinan karena faktor lebaran. Jadi banyak uang yang keluar pada saat itu. Namun, perbankan sini boleh dikatakan efisien karena sumber dananya mengandalkan dana murah, tabungan dan giro, bukan deposito,” kata Slamet.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper