Bisnis.com, MANADO – Provinsi Gorontalo melakukan eksplor langsung 34 ton pelet kayu ke Korea Selatan yang diproduksi oleh PT Mitra Cipta Permata melalui Pelabuhan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara.
Pelet kayu merupakan komoditas pengganti bahan bakar batu bara. Selain harganya relatif lebih murah, pelet kayu dinilai lebih ramah lingkungan. Dengan nilai US$125 per kilogram, nilai ekspor tersebut mencapai sekitar Rp60 miliar.
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan biasanya ekspor komoditas pertanian lokal diekspor dari Surabaya atau Jakarta. Menurutnya, hal itu membuat ongkos produksi membengkak dan tidak menaikkan nilai ekspor Gorontalo.
Dengan ekspor langsung ini, lanjutnya, biaya itu akan berkurang dan menguntungkan pelaku ekspor di Gorontalo. Selain berbangga hati karena itu, dia senang karena komoditas alternatif itu menambah jenis komoditas asli Gorontalo yang menembus pasar internasional
“Alhamdulillah saya sangat senang, karena ini yang diharapkan oleh pak Presiden bahwa hampir semua ekspor kami bahannya dari Gorontalo. Contohnya kemarin jagung, kelapa, kuah kelapa, tempurungnya, itu semua produk lokal yang dibeli dari petani dan di ekspor,” katanya dikutip dari siaran pers, Kamis (18/7/2019).
Dia menuturkan Balai Karantina Pertanian Kelas II, Bea Cukai, PT Pelni, dan Bank Indonesia, bersama Pemprov Gorontalo berkomitmen untuk mendorong ekspor langsung. Komitmen itu, lanjutnya, dituangkan dalam moto Ayo Galakkan Ekspor Generasi Milenial Bangsa atau Agrogemilang.
“Kemarin kami juga mengekspor sapu lidi ke Australia, nilainya hampir Rp10 miliar. Hal ini yang diharapkan, jadi jangan membuat pengusaha tidak betah di Indonesia. Termasuk mempersulit izin dan lain sebagainya,” tuturnya.
Sementara itu, Deputi General Manager PT Mitra Cipta Permata Haidir Nur menjelaskan bahwa perseroan baru pertama kali melakukan ekspor. Dia menuturkan dengan adanya peluang investasi ini, pihaknya akan berinvestasi lebih besar.
“Memang pada saat ini pabrik kami belum maksimal. Kapasitas kami baru 5 ton per hari. Untuk ke depannya, jika sudah rutin kami akan menambah kapasitas mesin,” tuturnya.
Dia menjelaskan permintaan pelet kayu dari luar negeri mencapai sekitar 80 juta kilogram per tahun. Untuk bersaing dengan barang dari negara lain seperti Vietnam, kualitas barang produksi disertifikasi oleh Forest Stewardship Council (FSC).