Bisnis.com, MANADO - Minuman cap tikus menjadi salah satu penyumbang terbesar penerimaan cukai di Manado. Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Manado Nyoman Adhi mengharapkan, ke depan produk itu juga dapat menembus pasar luar negeri.
Pada semester I/2019, realisasi tiap-tiap penerimaan bea dan cukai di Manado mencapai Rp1,4 miliar dan Rp10,2 miliar. Hampir 100% penerimaan cukai dari produk Minuman yang Mengandung Etil Alkohol (MMEA) disumbang oleh minuman cap tikus.
Nyoman memaparkan, legalnya minuman beralkohol asli Minahasa tersebut menjadi salah satu capaian besar KPPBC Manado. Proses mewujudkan legalitas minuman itu memakan waktu hingga sekitar 1 tahun dan melibatkan berbagai instansi lain.
Dia mengharapkan, ke depan produk ini juga bisa diekspor ke negara seperti Jepang, Amerika Serikat, atau negara-negara Eropa. Menurutnya, produk ini cukup diminati oleh konsumen dari negara-negara tersebut.
“Harapannya, produk ini tidak hanya didistribusikan di Sulut atau Indonesia saja, tetapi juga ke luar negeri. Karena dapat menjadi sumber devisa bagi kita. San Migeul di Filipina misalnya, itu juga dulunya hanya minuman buruh, tapi sekarang menjadi produk yang bagus,” jelasnya.
Di sisi lain, melegalkan produk beralkohol seperti ini juga menurunkan peredaran minuman keras ilegal di Sulut. Para petani yang biasa memproduksi dan memasarkan cap tikus secara ilegal, kini dapat menjadi pemasok bahan baku untuk pabrik Cap Tikus 1978.
Baca Juga
Dia mengatakan, KPPBC Manado terus berupaya memberikan kontribusi yang lebih besar daripada pemungutan bea dan cukai semata. Pihaknya selalu mendorong para pelaku industri dan pemangku kebijakan di Sulut untuk mendorong roda perekonomian.
Salah satu fokus KPPBC Manado saat ini adalah mendorong adanya industri vape liquid mengandung nikotin di Sulut. Menurutnya, potensi produk tersebut cukup besar melihat tingginya permintaan pasar di daerah Indonesia timur.
“Tentunya selain akan jadi sumber revenue collection yang baru, vape liquid adalah objek cukai karena merupakan hasil tembakau atau produk tembakau alternatif, juga mendorong perkonomian di sini, selama ini konsumsinya masih disuplai dari Jawa,” jelasnya.
Sementara itu, dari sisi pariwisata KPPBC Manado akan berinovasi untuk memudahkan para wisatawan yang datang ke Sulut. Dia menuturkan, akan ada sistem informasi khusus bagi para wisatawan dalam proses pengecekan bagasi.
“Nanti sebelum turun pesawat mereka sudah tahu harus ambil jalur yang mana, nanti dia tahu kalau lewat green channel dia ambil bagasi tinggal keluar, yang lewat red channel harus diperiksa dulu. Nah nanti bentuknya dalam sistem barcode,” katanya.
Di sisi lain, pihaknya juga akan memperketat pengawasan terkait peredaran rokok ilegal di Sulut. Acap kali masih ditemukan rokok untuk ekspor yang dijual di pasar lokal, atau rokok dengan pita cukai yang tidak sesuai. Namun demikian,di Sulut persentasenya terhadap peredaran rokok secara total tidak lebih dari 3%.