Bisnis.com, MAKASSAR -- PT Mars Symbioscience berkomitmen untuk turut membantu pemerintah dalam memacu produksi kakao.
Salah satunya dengan mendirikan pusat riset di Kabupaten Pangkep. Tak dapat dipungkiri, industri kakao saat ini masih dihadapkan dengan sejumlah permasalahan.
Misalnya saja masalah kesuburan tanah, tanaman tua, dan hama. Corporate Affair Director PT Mars Symbioscience Indonesia, Arie Nauvel Iskandar mengatakan, permasalahan itu mempengaruhi produksi kakao yang berubah setiap tahunnya dan cenderung mengalami penurunan.
"Kami berharap pusat riset baru ini bisa menjadi solusinya. Apalagi untuk mengembangkan produksi kakao lokal. Sebelumnya kami sudah punya pusat riset di Tarengge, Luwu Timur," kata Ari Nauvel, Jumat (17/5).
Di Sulawesi Selatan sendiri merujuk pada data Dinas Perkebunan Sulsel, sejak 8 tahun terakhir produksi kakao terus menunjukkan keprihatinan. Menurunnya produktivitas kakao di Sulsel bahkan mencapai 50-70%.
Ari Nauvel berharap dengan dibangunnya pusat riset tersebut, produksi dan kualitas kakao asal Sulsel semakin menunjukkan progres yang menggembirakan. Apalagi pusat riset yang sudah 70% pembangunannya dilengkapi dengan sejumlah teknologi mutakhir.
"Di sana sudah ada kegiatan riset. Kakao yang diteliti juga sudah tumbuh. Pusat riset di Pangkep dilengkapi dengan gedung perkantoran, akomodasi, dan fasilitas laboratorium," jelasnya.
Terkait bahan baku kakao, saat ini masih dipasok dari Luwu Raya. Sementara untuk pabrik di Makassar, kapasitas pengolahan maksimalnya 24 ribu ton dengan rerata produksi tahunan di kisaran 14 hingga 17 ribu ton.
"Mars menyerap sekitar 12 ribu ton biji kakao petani lokal," kata Ari Nauvel.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya tetap melakukan komunikasi intens dengan Kementrian Pertanian (Kementan) untuk meningkatkan produktivitas.
Selain dengan Kementan PT Mars juga bersinergi dengan Kementerian Pendidikan untuk mengembangkan sekolah vokasi terkait pertanian perkebunan.