Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Sulut Sebut Harga 'Barito' Krusial dalam Inflasi Sulut

Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menyatakan bahwa harga komoditas bawang, rica atau cabai, dan tomat (Barito) menjadi kunci menjaga inflasi menjelang Ramadan dan Idul Fitri.
Ilustrasi cabai/Reuters
Ilustrasi cabai/Reuters

Bisnis.com, MANADO—Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara menyatakan bahwa harga komoditas bawang, rica atau cabai, dan tomat (Barito) menjadi kunci menjaga inflasi menjelang Ramadan dan Idul Fitri.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat mengatakan bahwa ketiga berdasarkan data historis inflasi yang ada ketiga komoditi tersebut memberi dampak paling besar.

“Kalau kita lihat datanya, fluktuasi yang tajam dalam inflasi di Sulut disebabkan oleh Barito, kalau bisa amankan harga Barito amanlah inflasi Sulawesi Utara,” katanya di Manado, Selasa (30/4/2019).

Menurutnya kenaikan harga menjelang Ramadan tidak dapat dihindari sebab didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat. Namun, seringkali kenaikan harga dipengaruhi oleh faktor permintaan di daerah lain.

Beberapa produsen bahan pokok, lanjutnya, seringkali mengirimkan barang dagangannya ke luar daerah Sulut untuk mendapatkan keuntungan lebih tinggi. Dalam kondisi tertentu, hal ini membuat inflasi di Sulut meningkat di luar batas normal.

“Bukan diharamkan menaikan harga tapi sewajar-wajarnya saja. Jangan sampai di daerah lain harganya lebih tinggi, malah dijual di sana sehingga harga di sini jadi naik tiga kali lipat. Perdagangan antarpulaunya dilakukan dalam waktu yang salah,” jelasnya.

Menurutnya, faktor lain yang perlu diperhatikan dalam menjaga kenaikan harga bahan pokok adalah faktor cuaca dan pola tanam masyarakat petani. Faktor cuaca yang sulit ditebak akan sangat memengaruhi kuantitas produksi para petani.

Selain itu, dia mengatakan bahwa petani di beberapa daerah memiliki pola produksi yang perlu diantisipasi. Di Kotamobagu, lanjutnya, para petani biasanya tidak berproduksi pada awal Ramadan dan akan memengaruhi pasokan di daerah Sulut.

Arbonas menambahkan aksi para spekulan yang menahan barang pokok juga perlu diantisipasi. Dia meminta satgas pangan agar bertindak tegas terhadap para penimbun barang pokok ini karena sangat memengaruhi pasokan dan harga di masyarakat.

Dia mengatakan, Bank Indonesia bersama anggota Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) lainnya telah berkoordinasi untuk mengantisipasi berbagai hal tersebut. Di antaranya dengan berkoordinasi menyediakan informasi harga yang dapat diakses oleh masyarakat.

“Kordinasi penyediaan informasi yang bisa diakses masyarakat, akan dibuat harga-harga komoditas, artinya kalau ada pedagang yang mau naikkan harga dia akan terganjal karena sudah ada harga yang dirilis pemerintah,” katanya.

Beberapa upaya lain yang turut diupayakan adalah dengan mengajak masyarakat menanam barito di pekarangan rumah, mendorong petani bergabung dalam koperasi, dan memangkas panjangnya rantai distribusi bahan pokok.

Dia menambahkan TPID juga sudah memiliki rencana antisipasi inflasi hingga 2021, yang menyangkut pengelolaan permintaan, penguatan cadangan bahan pokok, dan penguatan kelembagaan. Selain itu, TPID berencana membuat pasar induk baru yang akan didirikan di kawasan Bahu, Manado.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper