Bisnis.com, MAKASSAR – Bank Sulselbar merampungkan penyusunan studi kelayakan operasional layanan transaksi valas beserta dengan pemetaan potensi pasar jika berkegiatan usaha sebagai bank devisa.
Ketua Tim Pembentukan Bank Devisa Bank Sulselbar Edwin Syamsuddin mengatakan pada penyusunan studi kelayakan (feasibility study/FS) yang dilaksanakan bersama dengan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) dalam kurun hampir dua bulan terakhir.
"Kami juga melakukan depth interview ke sejumlah pelaku usaha ekspor/impor yang berada di 9 kabupaten/kota di Sulsel guna menggali potensi termasuk mengetahui kebutuhan dari stakeholder ini," tuturnya, Senin (29/4/2019).
Dia mengemukakan, penyusunan FS menjadi rangkaian dari persiapan perseroan menjadi bank devisa yang kemudian bakal dilanjutkan dengan perampungan dokumen pelengkap guna pengajuan izin ke Otoritas Jasa Keuangan.
Sesuai perencanaan, papar Edwin, pengajuan izin kepada otoritas diitargetkan pada pekan kedua Mei 2019 mendatang sembari memperkuat infrastruktur pendukung operasional bank devisa.
Sejauh ini, perseroan secara simultan tengah memperkuat kapasitas IT hingga pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan usaha dalam valuta asing.
"Jika tak ada aral merintang, kami harap izin dari OJK sudah bisa diperoleh kuartal ketiga nanti, dan pada kuartal keempat 2019 mendatang maka operasional sebagai bank devisa sudah efektif," papar Edwin.
Pemimpin Group Treasury Bank Sulselbar Ade Dwi Zulkarnaen menjelaskan status bank devisa diharapkan menjadi instrumen tambahan bagi perseroan untuk lebih memberikan kontribusi bagi perkeekonomian daerah, terkhusus pada segmen ekspor impor.
"Sudah ada beberapa negara destinasi eskpor yang sangat potensial, dikolaborasikan dengan kebutuhan stakeholder untuk transaksi dalam valas. Kami tentunya berharap agar bisa jadi salah stau BPD dengan kuantitas layanan valas terbesar di Indonesia nantinya," tutur dia.
Selain itu, lanjut Ade, pihaknya juga bersinergi dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) terkait capacity building serta menjadi bank korespondensi bagi perseroan pada sejumlah negara destinasi ekspor maupun asal impor.
Menurut dia, BNI merupakan bank nasional yang memiliki jaringan paling luas di luar negeri dan merupakan bank dengan layanan valas paling lengkap serta transaksi valas terbesar di Indonesia.
Sebagai informasi, Bank Sulsebar yang merupakan BPD milik pemda se-Sulsel dan Sulbar ini mulai merekonstruksi rencana menjadi bank devisa sejak 2016 silam sembari menyiapkan dan menguatkan kapasitas infrastruktur pendukung.
Perencanaan tersebut bahkan telah tertuang pada rencana jangka 5 tahunan perseroan atau Corprate Plan Bank Sulselbar 2016—2020 dan selanjutnya dimanfestasikan pada Rencana Bisnis Bank (RBB) 2019 sebagai bentuk keseriusan.
Pada sisi lain, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah yang mulai menjabat 2018 turut mengutarakan dukungan berbalut instruksi kepada Bank Sulselbar untuk menggarap potensi transaksi valas yang berkaitan dengan perekonomian daerah.
Selain itu, aktivitas ekspor impor Sulsel yang atraktif menjadi landasan optimisme perseroan untuk meraih status bank devisa, di samping potensi lainnya yang berkaitan dengan arus investasi asing untuk optimalisasi potensi daerah.