Bisnis.com, MANADO – Jalan tol Manado – Bitung yang ditargetkan dapat beroperasi penuh pada kuartal II/2020 dinilai akan memberikan dampak positif terhadap kelancaran arus barang dan jasa antara dua wilayah tersebut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Utara Jenny Karouw mengatakan selama ini Bitung menjadi hub port yang memfasilitasi ekspor dan impor. Jalan tol Manado – Bitung, lanjutnya, akan memperlancar arus keluar masuknya barang dan jasa.
“Kalau jalan tol Manado – Bitung ini beroperasi, akan memperlancar arus barang dan jasa dari Manado dan Bitung, apalagi Bitung sebagai hub port. Barang-barang kan masuk keluar dari Bitung, baik yang antarprovinsi ataupun dari luar,” ujarnya kepada Bisnis pada Senin (25/3/2019).
Industri unggulan seperti olahan kelapa dan turunannya yang berpusat juga akan lebih mudah dikirimkan ke Bitung untuk diekspor. Barang-barang tersebut tak lagi harus dikirimkan melalui pelabuhan Amurang yang memiliki kapasitas lebih kecil.
“Distribusinya akan semakin bagus kalau nanti ada tol. Barang-barang dari Minahasa itu bisa langsung masuk akses jalan ring road, terutama Minahasa Tengah dan Minahasa selatan bisa langsung masuk jalan tol, itu akan lebih menarik mereka untuk melakukan menggunakan Pelabuhan Bitung,” tuturnya.
Selain itu, kebutuhan investor untuk mengurus perizinan imigrasi juga akan terfasilitasi dengan adanya jalan tol tersebut. Mereka, lanjutnya, akan lebih mudah mencapai Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yang ada di Manado.
“Misalnya, Conch [PT Conch North Sulawesi Cement] dia mau ekspor semen, tapi di Bolaang Mongondow itu belum ada TPI, dia harus ke Manado. Dengan adanya jalur jalan ini akan banyak sekali manfaatnya, terutama untuk lintas perdagangan,” kata Jenny.
Ketika dihubungi secara terpisah, staf pengajar Universitas Sam Ratulangi Noldy Tuerah mengatakan bahwa dengan adanya tol sepanjang 39 km itu, eksportir dapat memperkirakan waktu distribusi barang dengan lebih tepat. Mereka tidak harus menampung barang di gudang terlebih dahulu sebelum dimuat ke kapal.
“Hal ini akan dapat langsung memengaruhi biaya restuffing kontainer di pelabuhan atau container yard yang wajib ditanggung oleh eksportir. Jadi, ketepatan waktu tiba di pelabuhan, kontainer di pelabuhan dan tanpa menginapkan kontainer di pelabuhan akan mengurangi biaya logistik dari pabrik ke pelabuhan,” jelasnya.
Tuerah menambahkan akses tol itu akan membantu industri pengolahan kelapa menghasilkan produk turunan seperti carbon active, sabut kelapa, dan bungkil kelapa. Selain itu, komoditas lain seperti pala, olahan pala, dan cengkeh akan memiliki akses yang lebih baik untuk ekspor.