Bisnis.com, PALU – Harga bahan bangunan khususnya semen di pasaran Kota Palu, Sulawesi Tengah dijual pedagang sudah sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan bersama pemerintah, distributor dan pengecer.
Pantauan Antara di sejumlah toko pengecer bahan bangunan di Ibu Kota Provinsi Sulteng, Selasa, harga semen merek Tonasa dan Tiga Roda dijual pengecer kepada konsumen rata-rata Rp65.000/sak.
Begitu pula semen merek lainnya seperti Bosowa dan semen lainnya.
Sebulan setelah gempabumi 7,4 SR yang mngguncang Palu dan Kabupaten Sigi dan Donggala serta sebagian Kabupaten Parigi Moutong 28 September 2018, harga semen sempat melonjak tajam hingga mencapai Rp80.000/sak.
Lonjakan harga tersebut dipengaruhi permintaan meningkat,sementara persediaan semen di tingkat distributor maupun pengecer saat itu sangat terbatas.
Pemerintah Provinsi Sulteng melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengambil langkah positif dengan mengundang distributor, pengecer dan instansi terkait lainnya, termasuk satgas pangan untuk duduk bersama membicarakan solusi mengatasi krisis dan lonjakan harga semen tersebut.
Maka disepakati untuk menetapkan HET sebagai patokan harga semen di tingkat pengecer. Dan kini, harga semen di tingkat pengecer sudah normal kembali.
"Kalaupun ada yang menjual melebihi HET, jangan segan-segan melaporkan kepada petugas maupun Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk ditindak lanjutinya," kata Rudi Zulkarnaen, salah seorang kepala seksi di Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulteng.
Namun ditegaskan, jika konsumen membeli semen melebihi HET, tolong agar dilaporkan segera dengan menyertakan bukti akurat berupa nota pembelian agar, toko/pengecer yang menjual semen tidak sesuai dengan HET tersebut, bisa ditindaki.
Jemmy Hosan, seorang distributor semen di Palu mengatakan stok semen sekarang ini cukup banyak. Bahkan di toko-toko terlihat tumpukan semen dalam jumlah besar.
Ia mengaku permintaan terhadap berbagai jenis bahan bangunan, termasuk semen selama pascabencana alam di Sulteng meningkat drastis.
Peningkatan permintaan itu dipicu oleh pembangunan huntara bagi korban bencana alam, juga untuk pembangunan rumah penduduk, sarana pendidikan, kesehatan, jembatan,jalan, perkantoran yang rusak, toko dan berbagai proyek pemerintah dan swasta.
Sekarang ini yang menjadi kendala utama dalam menjaga kontinyunitas pasokan bahan bangunan dan kebutuhan lainnya dari luar ke Kota Palu adalah masalah pelabuhan kontainer yang rusak diterjang gempa dan tsunami belum diperbaiki.
Karena itu, pasokan bahan bangunan dan kebutuhan lainnya kebanyakan dilakukan melalui jalur darat. Otomatis ada kenaikan harga transportasi.