Bisnis.com, MANADO—Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara memproyeksikan pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut berada di rentang 6,1% hingga 6,4%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Soekowardojo menyatakan terdapat sejumlah faktor yang membuat pihaknya optimistis terhadap capaian tersebut. Salah satunya adalah optimisme mengenai perbaikan iklim perdagangan dunia setelah pertemuan G20 beberapa waktu lalu, yang diharapkan berdampak pada penguatan harga komoditas perdagangan di dunia, termasuk di antaranya kopra yang menjadi komoditas andalan Sulut.
“Kalau harga komoditas dunia meningkat, ekspor kita terdorong. Untuk Sulut, pertumbuhan ekonominya sangat tergantung ekspor minyak kelapa yang berkontribusi 61% dari ekspor kita, sementara perikanan baru 10% sampai 15% ekspor,” ujarnya seusai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Selasa (4/12/2018).
Dia menambahkan, motor pertumbuhan ekonomi lainnya adalah adalah peningkatan belanja pemerintah dan daya beli masyarakat. Terlebih dengan adanya momentum pemilihan presiden yang berpotensi menambah belanja pemerintah.
Berdasarkan kajian, ujarnya, industri kelapa juga dapat menjadi salah satu industri yang berpotensi menjadi motor pertumbuhan ekonomi baru. Menurutnya, peta jalan pengembangan industri berbasis kelapa perlu diarahkan pada pengembangan integrasi hulu dan hilir dalam satu kawasan yang memiliki nilai ekonomis.
Selanjutnya, integrasi produksi berbasis kelapa sebaiknya tidak lagi hanya mengandalkan produk turunan dalam bentuk intermediate goods, tetapi mulai bergerak ke arah produk siap pakai yang relatif memiliki harga lebih tinggi.
Selain itu, efektivitas dan pemanfaatan kelapa harus ditingkatkan sehingga tidak ada satupun bagian kelapa yang tidak dimanfaatkan secara ekonomi. Untuk itu, pemerintah diharapkan dapat membangun infrastrktur penunjang dan memberikan insentif kepada pelaku usaha dalam bentuk fiskal maupun non fiskal.
Dari sisi pariwisata, dia menilai pengeluaran wisman asal China yang masih berada dia bawah rata-rata pengeluaran wisman ke Indonesia menjadi salah satu tantangan yang perlu dibenahi. Selain itu, kelembagaan dan pengawasan di sektor pariwisata perlu didorong demi menjaga keberlanjutan sektor pariwisata khususnya kelestarian atraksi budaya dan lingkungan.
Di lain sisi, industri perikanan juga membutuhkan penguatan kolaborasi antara perusahaan dan nelayan. Dari sisi nelayan, ujarnya, produktivitas dapat ditingkatkan melalui pelatihan serta peningkatan akses permodalan, sedangkan dari sisi perusahaan tetap membutuhkan inovasi berkelanjutan.
“Dengan menjumlahkan dampak ekonomi dari keseluruhan prioritas program pembangunan tersebut, pertumbuhan ekonomi Sulut berpotensi bertambah 1,51% setiap tahunnya,” ujarnya.