Bisnis.com, MANADO—Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meminta bantuan Belanda untuk mengatasi anjloknya harga kopra yang merupakan komoditas ekspor utama di provinsi tersebut.
Tak tanggung-tanggung, Gubernur Sulut Olly Dondokambey pun mengutus Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw ke Belanda untuk bertemu langsung dengan Wakil Duta Besar RI untuk Belanda Fikry Casidi di Kantor Kedutaan Besar RI di Den Haag guna mengatasi permasalahan tersebut.
Wakil Dubes RI untuk Belanda Fikry Casidi menyampaikan bahwa sejak beberapa bulan terakhir produk kopra yang masuk ke Belanda mengalami penurunan harga yang signifikan dan ini menjadi fenomema secara global.
Oleh karenanya pihak Kedutaan akan melaksanakan analisis pasar terhadap beberapa produk Indonesia yang mengalami fluktuasi harga tersebut.
“Global price untuk harga kelapa dan sawit mengalami penurunan cukup signifikan. Kedutaan RI di Belanda akan melaksanakan analisis ekonomi pasar utk mencari solusi pelemahan harga ekspor kelapa dan komoditas lainnya yang mengalami tren penurunan secara global. Jika solusi ditemukan, kami segera mungkin akan membantu Indonesia dalam mengembalikan harga jual kopra,” ujarnya, seperti dikutip, Rabu (28/11).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Belanda merupakan salah satu negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Sulawesi Utara pada Oktober 2018, senilai US$ 15,26 juta sedangkan negara pemasok terbesar pada bulan Oktober adalah negara Jepang senilai US$ 10,11 juta.
Baca Juga
Komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Oktober 2018 tetap diduduki oleh lemak dan minyak hewan/nabati, yakni senilai US$ 35,08 juta atau 48,05% dari total ekspor.
Sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah Mesin/Peralatan listrik/Elect. machinery, sound rec., tvetc (85), senilai US$ 12,35 juta atau 48,45 % dari total impor.
Produk yang menjadi komoditas ekspor unggulan adalah produk olahan kelapa seperti VCO, kopra dan minyak kelapa, dengan perusahaan industri yang tersebar di Kabupaten/Kota Sulawesi Utara.
Bahan baku industri pengolahan penghasil komoditi ini berasal dari daerah sekitar provinsi Sulawesi utara, disamping hasil perkebunan lokal bumi Nyiur Melambai.