Bisnis.com, SIGI - Sebagian besar warga Jono Oge korban gempa dan likuifaksi di Kabupaten Sigi mulai meninggalkan lokasi pengungsian.
Semula mereka mengungsi ke Desa Pembewe, kini hanya tinggal pengungsi yang tidak lagi memiliki rumah yang tinggal di desa tersebut.
"Kebanyakan yang masih tinggal di lokasi pengungsian, mereka tidak lagi memiliki rumah sebab sudah hancur saat gempa bumi 28 September 2018," kata Eni, salah seorang kader Kesehatan Desa Jono oge, Sabtu (24/11/2018).
Ia mengatakan sebagian besar warga yang sudah kembali ke rumah mereka, meski rusak berat dan tidak bisa ditinggali lagi adalah warga Dusun I,III,IV dan V Desa Jono Oge.
Sementara warga Dusun II, semuanya masih bertahan di lokasi pengungsian sementara sambil menunggu hunian sementara (huntara) yang dibangun pemerintah.
Permukiman Dusun II Jono Oge,lenyap bagai ditelan bumi ketika gempa dahsyat berkekuatan 7,4 SR menghajar Kabupaten Sigi dan Kota Palu serta Kabupaten Donggala.
Khususnya Kabupaten Donggala dan Kota Palu selain gempa, juga diterjang tsunami.
Eni juga mengatakan meski pengungsi sudah semakin berkurang, tetapi batuan bahan makanan dan air bersih dari berbagai pihak, terutama para relawan, termasuk dari organisasi sosial dan keagamaan masih terus mengalir.
Memang jumlah bantuan tidak sama banyaknya seperti awal pascagempa. "Tapi sangat membantu meringankan beban dan penderitaan para korban," kata dia.
Khusus untuk lokasi permukiman di Dusun II Jono Oge hingga kini tidak ada satu pun warga yang kembali membangun hunian di tempat itu.
Dusun II yang diterjang likuifaksi, kini tinggal kenangan. Dusun II merupakan saksi bisu peristiwa gempa yang terjadi pada 28 September 2018. Ratusan rumah habis ditelan lumpur dan puluhan korban jiwa meninggal dunia akibat likuifaksi.
Jono Oge merupakan salah satu desa di Kabupaten Sigi yang selama ini menjadi lumbung pangan lestari.
Desa itu juga penghasil berbagai jenis komoditi hortikultura yang selama ini dipasarkan ke Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng dan Kalimantan Timur.