Bisnis.com, MANADO – Tim Optimalisasi Ekspor Gorontalo yang terdiri dari Bank Indonesia Perwakilan Gorontalo, Bea Cukai, PT Pelindo IV Gorontalo, PT Garuda Indonesia dan Diskumperindag bersepakat untuk bersama-sama mendorong peningkatan nilai ekspor komoditi Gorontalo, antara lain dengan mendorong para eksportir memanfaatkan fasilitas pengiriman dan kepabeanan langsung dari Gorontalo.
Kepala Kantor Bea Cukai Gorontalo Dede Hendra Jaya mengungkapkan, nilai ekspor Gorontalo tahun 2018 baru menyumbang 0,03% dari total ekspor nasional. Padahal menurutnya, banyak potensi komoditi alam Gorontalo yang telah di ekspor ke negara lain.
“Eksportir masih banyak yang mengirim barang mereka melalui daerah lain seperti Surabaya dan Jakarta. Padahal secara teknis perizinan kepabeanan dan fasilitas pengiriman, di Gorontalo sudah cukup memadai. Nah ini yang ingin kita dorong agar ekspor komoditi daerah bisa langsung dikirim dari Gorontalo,” ujarnya saat melakukan pertemuan dengan Pemprov Gorontalo, seperti dikutip, Rabu (7/11)
Kedatangan tim optimalisasi ekspor adalah untuk meminta dukungan dari Gubernur Rusli dalam bentuk perjanjian kerjasama dan dapat merangkul semua eksportir yang selama ini masih mengirim barang lewat daerah lain.
Data KPPBC Gorontalo menyebutkan, ekspor Provinsi Gorontalo selama periode Januari sampai Agustus 2018 terdiri dari komoditi jagung 109.800 ton senilai USD29,43 juta, komoditi molases 24.006 ton senilai USD1,95 juta dan komoditi bungkil kopra 6.000 ton senilai USD930.000. Ketiganya diangkut dengan kapal curah. Sementara untuk ekspor ikan tuna sebanyak 15 ton dengan nilai USD139.957 diangkut dengan maskapai Garuda Indonesia.
“Problemnya ada pada ketersediaan kontainer ekspor. Kalau gunakan kapal curah itu kan jumlanya besar dengan nilai ekonomi yang besar. Kontainer ekspor bisa semakin bertambah di Gorontalo jika minat pengusaha mengirim barang mereka dari Gorontalo juga tinggi. Di sinilah peran pemerintah dibutuhkan untuk memafilitasi,” imbuh Dede.
Sementara itu, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie menyambut baik upaya peningkatan ekspor tersebut. Menurutnya, Gorontalo punya banyak komoditi kuliatas terbaik namun belum dimaksimalkan. Selain jagung, ikan tuna dan udang ada potensi kelapa butir yang telah di ekspor.
“Mungkin karena eksportir belum mendapatkan informasi yang baik tentang perizinan dan fasilitas kita yang semakin baik. Sebenarnya tidak ada masalah soal ekspor, cuma belum tersosialisasi. Mereka berpikir Gorontalo masih seperti 10 tahun lalu (fasilitas belum memadai),” jelas Rusli.
Selanjutnya, gubernur berencana mengundang para eksportir daerah untuk duduk bersama membahas permasalahan tersebut. Ia berharap semua pihak bisa satu persepsi dan komitmen agar nilai ekspor daerah bisa melejit untuk meningkatkan devisa negara.