Bisnis.com, MANADO— Relawan Gabungan Jawa Barat yang dikirim oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat berhasil memulangkan sebanyak 67 warga Jawa Barat yang selamat dari bencana gempa dan tsunami di Palu—Donggala.
Asisten Operasional Relawan Gabungan Jabar Reggi Munggaran menjelaskan, alur pemulangan 67 warga Jawa Barat tersebut diberangkatkan dengan pesawat komersil dari bandara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu menuju bandara Internasional SAMS Sepinggan, Balikpapan untuk transit, setelah itu baru diberangkatkan menuju bandara Husen Satranegara, Bandung.
“Setelah kami konfirmasi kepada tim yang standby di Bandung, 67 warga Jawa Barat tersebut alhamdulillah sampai dengan selamat pada pukul 20:30 WIB [Kamis,4/10],” ujarnya, melalui keterangan resmi, Jumat (5/10).
Adapun relawan gabungan tersebut merupakan gabungan dari beberapa unsur organisasi seperti Organisasi - Organisasi Pecinta Alam Jawa Barat serta Sulawesi Tengah, WANADRI, VERICAL RECUE INDONESIA, MEDIC-A, AMP UNPAD, SIGAB PERSIS, BPBD, PMI DAN BAZNAS.
Dia menambahkan, selain 67 warga Jawa Barat tersebut , pihaknya juga telah mendata kurang lebih 135 warga Jawa Barat yang selamat dan menunggu untuk dipulangkan kembali ke Jawa Barat.
Namun, pihaknya masih mengalami kendala dalam pemulangan warga, yaitu sulitnya akses transportasi udara yang dikarenakan belum beroperasinya bandara Mutiara SIS Al-Jufrie, Palu.
Baca Juga
“Pergerakan selanjutnya yang akan dilakukan oleh Relawan Gabungan yaitu segera melakukan penanganan secara serius antara lain, penanganan kesehatan untuk warga yang selamat, evakuasi korban meninggal dunia, pencarian korban hilang serta pendataan secara terukur mengenai kebutuhan para korban yang berada di posko pengungsian ataupun korban tercecer yang tidak dapat mengakses informasi mengenai penanggulangan bencana di Palu-Donggala ini,” tambahnya.
Menurutnya, pergerakan relawan untuk warga terdampak bencana ini banyak terhambat karena minimnya bahan bakar minyak yang tersedia, sehingga akses pendisribusian relawan dan bantuan logistik untuk korban bencana Palu-Donggalapun menjadi sangat terhambat untuk dilakukan.
Selain itu, berdasarkan pengamatan relawan di lapangan, sejumlah tantangan lainnya yang dihadapi kelistrikan di Palu masih belum pulih 100%, akses darat masih banyak yang terputus serta akses udara dan laut masih madeg sehingga penanggulangan bencana Palu-Donggala masih lambat.
Padahal faktor-faktor tersebut adalah penunjang utama untuk percepatan penanggulangan bencana Palu-Donggala.
Dia pun berharap semua unsur dan instansi terkait yang khususnya bertanggungjawab dalam hal kebencanaan bisa mendukung semua pergerakan penanggulangan bencana di Palu-Donggala ini dengan lebih serius, supaya berbagai kendala-kendala tersebut tadi bisa cepat teratasi dan membuat penanggulangan bencana di Palu-Donggala ini lebih cepat serta mudah.