Bisnis.com, MAKASSAR - Kendati tekanan inflasi Sulawesi Selatan mulai mereda memasuki kuartal ketiga tahun ini, sejumlah komoditas pangan masih perlu diwaspadai guna menjaga laju inflasi tetap dalam level yang terjaga.
Menurut Kepala Bank Indonesia Provinsi Sulsel Bambang Kusmiarso, sebagian besar komoditas tersebut merupakan pembentuk utama inflasi Sulsel yang berasal dari komponen bahan makanan atau pangan.
Dia menguraikan, tekanan inflasi Sulsel hingga September 2018 terus mengalami penurunan dan berada daalam sasaran inflasi 3,5% +/- 1%, atau dengan laju inflasi tahunan 3,09% (yoy).
"Tetapi, ada beberapa komoditas yang perlu jadi perhatian dan diwaspadai. Apalagi secara historis tahunan, komoditas ini selalu mengalami peningkatan harga jelang kahir tahun," katanya, Kamis (4/10/2018).
Adapun komodotas yang dimaksud mencakup cabai, daging dan telur ayam, beras, sejumlah jenis ikan laut maupun tawar, bawang merah, tomat serta sayuran.
Menurut Bambang, sederet komoditas itu menjadi kebutuhan konsumsi masyarakat di Sulsel dan rentan dengan pergolakan harga terlebih jika bertemu dengan sebuah momentum perayaan.
Secara spesifik, seluruh komoditas itu menjadi pula memberikan andil cukup signifikan dalam struktur komponen bahan makanan dan berpengaruh terhadap pembentukan inflasi maupun deflasi jika terjadi tren penurunan harga.
Sebagai gambaran yang terjadi pada September 2018, indeks harga kelompok bahan makanan mengalami penurunan dengan laju inflasi 5,42% lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 7,25%.
Kondisi itu juga membuat laju inflasi tahunan yang terbentuk pada September 2018, lebih rendah dibandingkan dengan rerata 5 tahun terakhir yang tercatat sebesar 4,48%.
"Tetapi kembali ke soal tadi, patut diwaspadai apalagi ini jelang kahir tahun. Historikalnya mengalami pergerakan harga mengikuti peningkatan permintaan," ujar Bambang.
Oleh karena itu, lanjut dia, diperlukan koordinasi dan upaya stabilisasi harga yang akan terus diperkuat terutama untuk pengendalian kelompok bahan makanan.
Adapun upaya yang akan dilakukan Bank Indonesia dalam kerangka oleh TPID Sulsel adalah menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi dan komunikasi ekspektasi.
Kemudian mendorong kerjasama antar daerah untuk pemenuhan pasokan dan stabilisasi harga khususnya untuk komoditas perikanan dan hortikultura.
Selanjutnya adalah percepatan dan efektivitas pasar induk beras di Parepare, lalu monitoring secara lebih intensif termasuk menyiapkan langkah-langkah pengendalian terhadap ketersediaan pasokan barang-barang yang secara historis menunjukkan kenaikan di akhir tahun oleh unit kerja terkait.
Lalu peningkatan produktivitas dan kelancaran distribusi ikan bandeng untuk pemenuhan kebutuhan dan kestabilan harga di akhir tahun, penguatan Badan Usaha Lorong/Lorong Peduli Inflasi untuk menjaga ketahanan pangan dengan perluasan gerakan tanam cabai, tomat, kangkung dan bawang merah.
"Dengan berbagai upaya pengendalian inflasi tersebut, Inflasi Sulsel pada tahun 2018 diperkirakan tetap terjaga dalam kisaran yang ditetapkan 3,5% plus minus 1%," ujarnya.