Bisnis.com, MANADO — Sejumlah perbankan di Sulawesi Utara cenderung bersikap konservatif dalam merespons kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% pada pekan lalu.
Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara Gorontalo (Bank Sulutgo) Jeffry A.M. Dendeng menjelaskan pihaknya langsung menyesuaikan bunga simpanan dengan pergerakan pasar, sedangkan untuk suku bunga kredit belum dilakukan penyesuaian. Pihaknya juga belum dapat memastikan rencana kenaikan suku bunga kredit tersebut.
“Dengan kenaikan suku bunga acuan, cost of fund dengan sendirinya naik. Penyaluran kredit akan berpengaruh, tergantung pada seberapa besar kenaikan bunganya,” ujarnya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Lebih lanjut, Jeffry mengakui kenaikan biaya dana akan mempengaruhi profitabilitas perseroan dalam mencapai target kinerja pada akhir tahun ini.
Oleh karena itu, perseroan pun telah menyiapkan sejumlah strategi, antara lain dengan melakukan efisiensi, menaikkan revenue, serta menekan Non Performing Loan (NPL) ke bawah 1,5% pada akhir 2018 dari posisi saat ini sebesar 1,7%.
Per Juli 2018, penyaluran kredit Bank Sulutgo telah mencapai Rp11,91 triliun atau meningkat 24,45% dari periode yang sama tahun lalu yang senilai Rp9,57 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada Juli 2017 yang sebesar 10,51%.
Dari sisi penghimpunan dana, total dana pihak (DPK) ketiga per Juli 2018 berhasil mencapai Rp12,04 triliun atau tumbuh sekitar 3,8% dari total DPK pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp11,6 triliun.
Hingga Juli 2018, perseroan berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp160,9 miliar. Total laba tersebut mengalami penurunan 5,3% dari periode yang sama setahun lalu yang mencapai Rp169,43 miliar.
Sementara itu, CEO BNI Wilayah Manado Haris Agus Handoko menerangkan kenaikan suku bunga acuan tidak serta merta menaikkan biaya dana.
Dia menyebut sumber dana yang berasal dari tabungan dan giro tidak seluruhnya bersifat bulanan, tetapi juga ada yang tahunan sehingga tidak langsung terdampak oleh kenaikan suku bunga acuan.
Sementara itu, dari sisi kredit, pihaknya mengaku masih menunggu kajian dari kantor BNI pusat dalam menentukan penyesuaian suku bunga kredit.
“Kalau saya lihat [penyesuaian suku bunga kredit] tidak dalam waktu dekat dilakukan oleh BNI. Cuma terus terang kami tetap menunggu kajian dari kantor pusat. Untuk regional, saya pikir kita belum perlu menaikkan,” tutur Agus.
Dia menambahkan opsi menaikkan suku bunga kredit akan menimbulkan risiko kemampuan berbayar. Oleh karena itu, pihaknya mengaku cenderung berhati-hati dalam mengambil langkah tersebut.
Sebagai gantinya, BNI menjaga pendapatan dari ekspansi kredit yang disesuaikan dengan target
“Selama ekspansi kami sesuai proyeksi, tidak akan berdampak pada pendapatan. Revenue dari kredit bisa tetap sampai,” ujar Agus.
Hingga September 2018, pihaknya telah mencapai target penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp450 miliar. Bahkan, BNI Manado berencana menambah alokasi KUR hingga Rp175 miliar pada bulan depan.