Bisnis.com, MANADO—Asosiasi Petani Kelapa Sulawesi Utara mendukung rencana Pemerintah Provinsi Gorontalo untuk kembali membuka keran ekspor buah kelapa guna memperbaiki kinerja ekspor Sulut yang melembat akibat penurunan harga kopra.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa (Apeksu) Sulawesi Utara George Umpel menjelaskan, petani kelapa sempat mengekspor buah kelapa ke China sekitar dua tahun lalu. Namun, ekspor tersebut terhenti kemudian karena pihaknya mengaku lebih memilih untuk mengamankan suplai buah kelapa untuk diproduksi menjadi kopra oleh pabrik lokal di Sulut.
“Waktu itu memang saya sempat tolak, alasannya lebih membela kebutuhan pabrik di sini. Tetapi sekarang kita mendukung ekspor kelapa butir kalau memang lebih menguntungkan ketimbang kopra,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (11/09).
George memperkirakan, produksi kelapa di Bumi Nyiur Melambai mencapai jutaan butir per tahunnya. Selain China, pasar lain yang potensial menjadi tujuan ekspor buah kelapa adalah India.
Seperti diketahui, harga kopra yang menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Sulut kini tengah mengalami tren penurunan yang cukup dalam. George menyebut umumnya harga kopra di Sulut dapat dihargai hingga sekitar Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilogram, namun sekarang harganya anjllok menjadi di kisaran Rp4.500 hingga Rp5.000 per kilogram.
“Perkirannya nanti ketika Eropa musim dingin, baru biasanya harga kopra naik,” ujarnya.
Dia menambahkan, selain membuka ekspor buah kelapa, Pemprov Sulut juga diharapkan serius mengembangkan industri kelapa terpadu. Hal tersebut dilakukan dengan mengembangkan industri produk turunan kelapa selain kopra hitam, sehingga lebih memiliki nilai tambah untuk dijual ke pasar. Namun hingga saat ini, pihaknya mengaku belum melihat tindak lanjut dari pemerintah terkait hal tersebut.
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menjelaskan, ketika harga kopra sedang baik, pemerintah menutup keran ekspor agar bahan baku tersedia. Namun dengan merosotnya harga kopra, pihakny mempertimbangkan untuk membuka kembali keran ekspor kelapa.
“ Keran ekspor biji kelapa [sempat ] kita buka, lalu kita tutup supaya industri di sini tidak kekurangan bahan baku. Tapi namanya regulasi harus lihat perkembangan,” ujarnya.
Dia pun optimistis, nilai komoditas unggulan bumi nyiur melambai itu bakal merangkak naik dalam tiga bulan mendatang, atau sekitar November, mengikuti siklus pasar minyak dunia. Di lain sisi menyebut, selain kopra banyak produk bernilai lainnya yang dapat dihasilkan dari kelapa.
"Pemprov Sulut juga sedang mempersiapkan alat produksi kopra menjadi minyak kelapa langsung dan industri sabut kelapa. Nantinya turunan produk kelapa tidak hanya kopra saja tapi bisa dijadikan produk lainnya," ucap Olly.