Bisnis.com, MANADO—Rencana Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara untuk membuka keran ekspor buah kelapa diyakini akan mendorong kinerja ekspor Sulut yang melambat akibat penurunan harga kopra.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa (Apeksu) Sulawesi Utara, George Umpel menjelaskan petani kelapa sempat mengekspor buah kelapa ke China sekitar dua tahun lalu.
Namun, ekspor tersebut terhenti kemudian karena pihaknya mengaku lebih memilih untuk mengamankan suplai buah kelapa untuk diproduksi menjadi kopra oleh pabrik lokal di Sulut.
“Waktu itu memang saya sempat tolak, alasannya lebih membela kebutuhan pabrik di sini. Tetapi sekarang kita mendukung ekspor kelapa butir kalau memang lebih menguntungkan ketimbang kopra,” ujarnya ketika dihubungi Bisnis, Selasa (11/9/2018).
George memperkirakan, produksi kelapa di Bumi Nyiur Melambai mencapai jutaan butir per tahunnya. Selain China, pasar lain yang potensial menjadi tujuan ekspor buah kelapa adalah India.
Seperti diketahui, harga kopra yang menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Sulut kini tengah mengalami tren penurunan yang cukup dalam.
George menyebut umumnya harga kopra di Sulut dapat dihargai hingga sekitar Rp10.000 hingga Rp12.000 per kilogram, namun sekarang harganya anjllok menjadi di kisaran Rp4.500 hingga Rp5.000 per kilogram.
“Perkiraannya nanti ketika Eropa musim dingin, baru biasanya harga kopra naik,” ujarnya.
Dia menambahkan, selain membuka ekspor buah kelapa, Pemprov Sulut juga diharapkan serius mengembangkan industri kelapa terpadu.
Hal tersebut dilakukan dengan mengembangkan industri produk turunan kelapa selain kopra hitam, sehingga lebih memiliki nilai tambah untuk dijual ke pasar. Namun hingga saat ini, pihaknya mengaku belum melihat tindalanjut dari pemerintah terkait hal tersebut.