Bisnis.com, MANADO—Perum Bulog Divre Sulawesi Utara dan Gorontalo melakukan operasi pasar dengan mendistribusikan 13 ton beras medium ke wilayah tersebut guna menstabilkan harga beras medium di pasaran hingga akhir tahun nanti.
Kepala Bulog Divre Sulutgo Eko Pranoto menyatakan, beras medium tersebut akan didistribusikan ke sejumlah pasar seperti Pasar Bersehati dan Pasar Pinasungkulan di Manado seharga Rp8.550 per kilogram untuk beras medium, dan Rp8.100 per kilogram untuk beras curah. Selain didistribusikan ke pasar, beras tersebut juga akan disebarkan ke Rumah Pangan Kita (RPK) binaan Bulog yang tersebar di kelurahan-kelurahan.
“Kami akan terus lakukan operasi pasar sampai Natal dan Tahun Baru. Stok kita sampai tujuh bulan ke depan masih aman,” ujarnya usai pelepasan Operasi Pasar di Kantor Gubernur Sulut, Selasa (4/9).
Dia menambahkan, operasi pasar dilakukan mengingat hasil pencatatan Bulog terhadap harga beras telah mencapai Rp10.700 per kilogram, bahkan sempat menyentuh Rp11.000 per kilogram untuk beras medium.
Oleh karena itu, Bulog pun mulai melaksanakan operasi pasar secara serentak di seluruh Indonesia. Untuk wilayah Sulawesi Utara, operasi pasar juga dilakukan di Kotamogabu, Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud.
“Untuk rastra [beras sejahtera] rencananya juga akan dilakukan percepatan [penyaluran] sampai November, tiga bulan sejak September. Tapi kami masih menunggu perintah pusat,” tambahnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara Edwin Silangen berharap, pelaksanaan operasi pasar ini dapat menstabilkan harga beras di Sulut agar dapat dinikmati masyarakat. Pihaknya juga menyatakan terus memantau pasokan harga beras di pasar.
“Ke depan kita memantau jangan ada oknum menahan stok, sengaja membuat harga ini berfluktuasi. Kita tingkatkan pengawasan, distribusi pasokannya termasuk monitor harga setiap hari,” ungkapnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Soekowardojo menjelaskan, beras merupakan salah satu komponen kategori volatile food yang menyumbang inflasi cukup besar di Sulut. Karenanya, pihaknya selaku Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) selalu berupaya menjaga stabilitas harga beras sebagai makanan pokok.
“Harga beras terakhir ini karena memang di Jawa produksi lagi turun, pasokan ke Sulut juga mungkin sedang turun, dan itu membuat harga merangkak naik di mana-mana tidak hanya di Sulut, tetapi mungkin di seluruh Sulawesi. Sehingga itu [kestabilan harga beras] harus diperhatikan,” ujarnya.
Lebih lanjut pihaknya berharap, operasi pasar yang dilakukan Bulog ini dapat memecah permintaan dan menurunkan harga beras di pasaran. Dengan demikian, target inflasi Sulut maksimal 3,5% +/- 1 pada akhir tahun nanti dapat tercapai.
“Menjaga kestabilan harga beras sampai akhir tahun menjadi salah satu kunci keberhasilan pengendalian inflasi di Sulut,” ujarnya.