Dua Belas Hari Selepas Banjir Masamba, Penyakit di Pengungsian Meningkat

Banjir Luwu Utara menyebabkan 38 orang meninggal, 9 orang hilang dan 106 orang luka-luka.
Tim dari PT Brantas Abipraya melakukan proses pembersihan Jalan Salawati Daud, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan yang masih tertutup material kayu dan lumpur (19/7/2020)./Dok. BNPB
Tim dari PT Brantas Abipraya melakukan proses pembersihan Jalan Salawati Daud, Kecamatan Masamba, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan yang masih tertutup material kayu dan lumpur (19/7/2020)./Dok. BNPB

Bisnis.com, MAKASSAR - Banjir di Masamba, Luwu Utara, yang terjadi Senin (13/7/2020) memaksa 14.483 orang mengungsi dan menyebabkan 2.827 rusak.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan tim gabungan masih terus melakukan penanganan darurat. Kendala penanganan antara lain keterbatasan ekskavator dan truk untuk pembersihan jalan dari lumpur serta kendaraan operasional terbatas.

"Terdapat peningkatan penyakit di pengungsian antara lain ISPA 550 orang, dermatis sebanyak 288 orang, 225 orang hipertensi dan 61 orang diare," jelas BNPB melalui akun twitter, Minggu (26/7/2020).

Banjir Luwu Utara menyebabkan 38 orang meninggal, 9 orang hilang dan 106 orang luka-luka.

Sementara dalam perkembangan lain, Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sulawesi Maluku, Darhamsyah mengatakan pihaknya berencana membangun 245 pengendali jurang (gully plug) sebagai upaya mengendalikan erosi jurang dan kerusakan lingkungan yang lebih luas.

"Kita merencanakan pembuatan gully plug sebanyak 245 unit dan bibit desa (kebun bibit desa) sebanyak tujuh unit di wilayah DAS Baliase," katanya pada Rapat Koordinasi Diseminasi Kajian Banjir DAS Baliase Dan Kolaborasi Penanganan Di Provinsi Sulsel di Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Gubernur Sulsel, Makassar, Jumat (24/7/2020).

Ia menjelaskan, bencana banjir bandang yang menerjang Masamba, Luwu Utara, diawali oleh longsor."Kejadan awal longsor di Luwu Utara, tepatnya di hulu DAS Baliase," katanya.

Penyebab utama terjadinya longsor di beberapa titik diduga karena tingginya aktivitas pembalakan serta tingginya curah hujan.

Solusi yang diberikan kemudian adalah pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (RPSDALH) terkait mitigasi banjir dan longsor berbasis ekoregion pada DAS Baliase.

Wagub Sulsel Andi Sudirman Sulaiman mengatakan sesuai hasil pantauan udara di Luwu Utara, diketahui keseimbangan tidak terjadi sehingga harus membuat terobosan bersama.

"Kita harus sadari bersama bahwa pembukaan lahan, perambahan hutan termasuk bentuk secara keilmuan mengganggu keseimbangan, curah hujan, penyimpangan cadangan air dan lainnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : BNPB dan Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper