Bisnis.com, MANADO – Jumlah investor pasar modal di Sulawesi Utara pada semester pertama tahun ini mencapai 10.063, atau tumbuh 14,36% secara tahun berjalan. Realisasi penambahan investor itu telah mencapai sekitar 35% dari target.
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sulawesi Utara Mario L. Iroth mengatakan bahwa sampai dengan akhir tahun ini penambahan jumlah investor ditargetkan sebanyak 3.636 investor. Dengan sejumlah program yang direncanakan, dia optimistis target itu bisa tercapai
“Tahun ini, yang kami targetkan adalah jumlah penambahan investor atau SID [Single Investor Identification], targetnya adalah pembukaan rekening investor sebanyak 3.636. Artinya realisasi saat ini sudah 34,7%,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (16/7/2019).
Dia mengatakan, dalam waktu dekat BEI Sult akan bekerja sama dengan Komando Daerah Militer XIII untuk menjaring investor baru. Menurutnya, setidaknya akan ada penambahan sekitar 5.000 investor yang berasal dari anggota militer tersebut.
“Sejauh ini sudah udah oke dari pangdam, dari BEI juga sudah siap dan tinggal audiensi dengan OJK, secara verbal sudah. Nanti akan ada tambahan 5.000 investor baru, tapi dengan catatan tidak semua parjurit ber-KTP Sulut, jadi tidak semuanya terhitung sebagai SID di sini,” jelasnya.
Sementara itu, akumulasi transaksi di Sulut hingga Juni tercatat sebesar Rp1,05 triliun. Nilai kumulasi transaksi itu mengalami pertumbuhan sebesar sudah mencapai sekitar 59% dari akumulasi transaksi tahun lalu sebesar Rp1,77 triliun.
Baca Juga
Dia menuturkan, tingginya pertumbuhan transaksi pasar modal di Sulut lebih ditopang oleh pertumbuhan investor yang tinggi di Galeri Investasi BEI. Galeri Investasi di Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Bitung misalnya, mencatatkan pertumbuhan tertinggi ke-6 secara nasional.
“Mereka juara ke-6 secara nasional pertumbuhan investornya, pejabat daerah di sana cukup aktif dalam mengajak komunitasnya untuk berinvestasi di pasar modal, dan trasaksi mereka besar-besar,” katanya.
Mario menerangkan, saat ini terdapat 10 Galeri Investasi BEI di Sulut. Hampir seluruhnya terdapat di area perguruan tinggi. Dia menuturkan, pada tahun ini BEI Sulut akan menambah satu galeri di Universitas Dumoga, Kotamobagu.
Menurutnya, pertumbuhan investor di Sulut juga harus diiringi dengan penambahan perusahaan sekuritas. Saat ini, hanya ada delapan perusahaan sekuritas di Sulut. Menurutnya, dengan jumlah investor saat ini, masih diperlukan tambahan perusahan sekuritas.
“Dibagi saja jumlah investornya saat ini dengan 16 broker pemegang lisensi yang jumlahnya hanya 17, sebenarnya, tetap butuh tambahan sekuritas lagi,” katanya
Selain itu, dia juga mengharapkan perusahaan lokal Sulut lebih aktif memanfaatkan pasar modal sebagai sarana intermediasi. Hingga saat ini belum terdapat satupun perusahaan dari Bumi Nyiur Melambai yang melantai di BEI.
Sejauh ini, hanya PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara dan Gorontalo (Bank Sulutgo) yang memanfaatkan pasar modal melalui penerbitan obligasi. Namun, bank tersebut juga belum berniat menjadi perusahaan terbuka dalam waktu dekat.
Meski demikian, menurutnya ada beberapa perusahaan Sulut yang berpotensi menjadi perusahaan terbuka. Namun, sering kali persoalan edukasi dan mispersepsi terkait pasar modal menjadi kendala utama dalam merealisasikan hal itu.
“Contohnya ada PT Royal Coconut, dia sebenarnya berpotensi. Cuma kemarin baru bertemu dengan saya, ternyata dia pikir untuk melantai itu harus untung dulu dan kebetulan dia baru investasi besar tahun ini, padahal kan tidak. Minimal, di proyeksinya 2 tahun setelah IPO sudah mencatat untung,” ujarnya.
LITERASI
Sosialisai terkait literasi, inklusi, dan aktivasi pasar modal juga menjadi fokus BEI Sulut pada tahun ini. Hingga, Juni jumlah kegiatan tersebut sudah digelar sebanyak 138 kali, dengan mayoritas sosialisasi bertema literasi dan aktivasi.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan permintaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengharapkan pertumbuhan investor diikuti dengan peningkatan tingkat literasi dan inklusi terhadap layanan keuangan dan pasar modal.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulutgomalut Slamet Wibowo juga menekankan pentingnya sosialisasi investasi. Menurutnya, apabila investor tumbuh tanpa literasi yang cukup justru akan memberi dampak negatif terhadap pasar modal.
“Yang penting lagi tentunya literasinya, artinya pemahaman kepada masayarakat, itu harus paham betul, jangan sampai hanya ikut-ikutan. Literasinya ditekankan dulu agar mereka benar-benar paham, kalau rugi malah ada stigma negatif. Jadi harus ditekankan edukasinya,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/7/2019).