Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Makanan Kembali Picu Deflasi di Sulut

Penurunan indeks harga konsumen (IHK) kelompok bahan makanan sebesar 3,35% menjadi pendorong deflasi Sulawesi Utara pada bulan ketiga tahun ini yang mencapai 0,69%.
Ilustrasi kegiatan di pasar tradisional/Antara
Ilustrasi kegiatan di pasar tradisional/Antara

Bisnis.com, MANADO—Penurunan indeks harga konsumen (IHK) kelompok bahan makanan sebesar 3,35% menjadi pendorong deflasi Sulawesi Utara pada bulan ketiga tahun ini yang mencapai 0,69%. Adapun, kelompok lain tercatat mengalami kenaikan indeks atau inflasi.

Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara (Sulut) Marthedy Tenggehi mengatakan bahwa IHK pada Maret mencapai 133,43, turun dari 134,36 pada bulan sebelumnya. Secara tahun berjalan, inflasi di Sulut mencapai -0,16%, sedangkan secara tahunan mencapai 2,36%.

“Secara umum yang terjadi pada Maret itu deflasi sebesar 0,69%, kalau kami melihat kelompok pengeluaran bahan makanan menjadi penyumbang deflasi terbesar. Satu-satunya yang mengalami deflasi, sebesar 3,85%,” katanya di Manado, Senin (1/4/2019).

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami inflasi 0,81%, sedangkan kelompok pengeluaran sandang mencatatkan inflasi 0,40%. Kelompok pengeluaran transpor, komunikasi, dan jasa keuangan juga megalami inflasi sebesar 0,19%.

Sementara itu, kelompok pengeluaran kesehatan dan kelompok pengeluaran pendidikan rekreasi dan olahraga masing-masing tercatat mengalami kenaikan indeks sebesar 0,12% dan 0,08%.

Dia menjelaskan, komoditas dengan andil terbesar terhadap deflasi di Sulut yang diwakili Manado adalah tomat sayur, ikan cakalang, tindarung, daun bawang, bawang merah, selar/tude, angkutan udara, gula pasir, kuniran, dan telur ayam ras.

Di sisi lain, komoditas dengan andil terbesar terhadap inflasi secara berurutan dari yang tertinggi ke rendah adalah cabai rawit, bahan bakar rumah tangga, minuman ringan, bawang putih, pemeliharaan, air ekmasan, kopi bubuk, jeruk nipis, pisang, dan kendaraan rental.

Di Sulawesi, inflasi terjadi di tujuh kota, yakni Bau-bau sebesar 0,10%, Bulukumba sebesar 0,16%, Mamuju sebesar 0,18%, Kendari sebesar 0,24%, Watampone sebesar 0,28%, Palu sebesar 0,45%, dan yang tertinggi terjadi di Manado sebesar 0,69%.

Sementara itu, empat kota lainnya di Sulawesi tercatat mengalami inflasi. Makassar menjadi kota dengan inflasi tertinggi mencapai 0,28%. Sementara itu, Pare-pare, Gorontalo, dan Palopo masing-masing mencatatkan inflasi sebesar 0,15%, 0,09%, dan 0,05%.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi menyoroti peranan kelompok bahan makanan yang kembali menjadi pendorong deflasi di Sulawesi Utara. Kelompok tersebut juga menjadi pendorong deflasi pada Februari yang mencapai 0,54%.

Melalui keterangan resminya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan bahwa deflasi pada Maret juga tercatat lebih dalam dari rata-rata inflasi pada bulan yang sama selama 5 tahun terakhir, yakni sebesar 0,11%.

“Meskipun demikian, secara tahunan inflasi Sulut pada Maret sebesar 2,46% lebih tinggi dibandingkan inflasi pada Maret 2018 yang tercatat 1,12%. Namun, mereka masih lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 2,48% secara yoy [year on year],” ujarnya dikutip dari siaran pers, Senin (1/4/2019).

Melihat perkembangan tersebut, lanjutnya, BI optimistis dapat mempertahankan laju inflasi Sulawesi Utara pada 2019 tetap berada pada rentang 3±1%. Namun demikian, menurutnya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu mewaspadai sejumlah komoditas bahan makanan yang berpotensi menyumbang inflasi.

“Perlu diperhatikan bersama bahwa komoditas bahan makanan seperti tomat sayur dan bawang merah tersebut di Sulawesi Utara memiliki potensi risiko untuk menyumbang inflasi cukup tinggi apabila koreksi harga tidak terkendali di bulan-bulan mendatang,” jelasnya.

Dia mengatakan bahwa BI memproyeksikan IHK kedua jenis bahan makanan tersebut akan mendapat tekanan pada Mei—Juni. Hal itu disebabkan oleh dimulainya bulan puasa dan aktivitas menjelang hari raya idulfitri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler