Bisnis.com, MAKASSAR - Kelompok pengeluaran sandang menjadi satu-satunya komponen pembentuk inflasi di Sulawesi Selatan yang mengalami penurunan indeks harga sepanjang Juli 2018.
Kepala Bidang Distribusi Statistik BPS Sulsel, Akmal mengemukakan komponen sandang pada bulan lalu mencatatkan deflasi sebesar 0,52%, berbanding terbalik dengan komponen lainnya yang mencatatkan inflasi.
Dia menjelaskan, posisi deflasi pada komponen sandang sangat dipengaruhi oleh indeks harga barang-barang fesyen pria bergerak turun hingga 0,48% serta fesyen untuk anak-anak 0,60% serta barang pribadi sandang lainnya yang mencapai 1,07%.
Pada komponen sandang, hanya barang-barang fesyen untuk wanita yang mengalami kenaikan indeks harga dengan laju inflasi yang relatif tipis yakni 0,09%.
"Secara umum, laju inflasi Sulsel pada Juli 2018 mencapai 0,56%. Sebagian besar kelompok pengeluaran [komponen inflasi] itu mengalami kenaikan indeks harga, kecuali sandang yang begerak negatif," katanya, Rabu (1/8/2018).
Adapun pada komponen lainnya, yakni kelompok bahan makanan mengalami inflasi pada Juli 2018 sebesar 1,77%, kemudian makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,46%, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 0,22%, pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,18%.
Berikutnya kelompok kesehatan 011% dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,06%.
Selanjutnya untuk komoditas yang terpantau mengalami kenaikan harga pada Juli 2018, diantaranya daging ayam ras, cabai rawit, tomat buah, tomat sayur, beras, kangkung, asam dan beberapa jenis ikan.
Komoditas atau item konsumsi yang mengalami penurunan harga pada bulan lalu yakni sebagian besar barang-barang fesyen, cabai merah, bawang merah, ada pula tarif angkutan antarkota, emas perhiasan, serta beberapa komoditas pertanian lainnya.
Kepala Dinas Perdagangan Sulsel Hadi Basalamah memandang laju inflasi Sulsel pada awal semester kedua 2018 ini masih dalam skala yang sangat terkendali.
"Beberapa komoditas yang naik indeks harganya itu juga pasokannya aman, stok sangat tersedia. Cuma memang permintaan lagi tinggi, sehingga berimbas pada harga. Hukum ekonomi," katanya.
Pada sisi lain, lanjut Hadi, laju inflasi pada Juli 2018 ini berada pada posisi paling terkendali jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
Sebagai perbandingan, pada Juli 2016 silam laju inflasi Sulsel berada pada level 1,04%, kemudian pada Juli tahun lalu sebesar 0,93%. "Bisa dilihat trennya, ada penurunan sebenarnya, apalagi ini awal semester kedua," tutur Hadi.
Menurutnya, pencapaian itu tidak lepas pula dari hasil kerja kolektif seluruh pihak terkait yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel yang secara intensif memantau pergerakan harga, ketersediaan pasokan hingga distribusi komoditas pembentuk inflasi.