Bisnis.com, MAKASSAR – Budayawan Sulawesi Selatan, Ishak Ngeljaratan, wafat di rumah sakit Stella Maris, Makassar, Senin (16/7/2018).
Almarhum awalnya menderita sakit sehingga harus mendapat perawatan di rumah sakit setempat untuk mendapatkan pertolongan medis.
Hanya saja, Tuhan berkehendak lain, pria kelahiran Tanimbar, kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) pada 27 September 1936 ini dinyatakan meninggal dunia.
"Berita duka, telah meninggal dunia Ishak di RS Stella Maris beberapa saat lalu. Mohon dimaafkan segala khilaf beliau semasa hidupnya," kata salah seorang anak almarhum melalui pesan singkat yang beredar.
Hingga s aat ini jenazah mantan dosen Unhas ini disemayamkan di rumah duka, Kompleks Unhas Tamalanrea. Ishak dikenal sebagai sosok yang multitalenta, aktif menulis sejak masih muda hingga di usia senjanya sebagai kolomnis di Media Harian Fajar.
Ishak wafat di usia 81 tahun. Sebagai wartawan senior, guru, hingga dikukuhkan menjadi tokoh serta budayawan Sulsel itu sering dipercayakan sebagai pembicara diiskusi sosial, politik hingga budaya.
Almarhum juga sangat ramah dan dekat bersama tokoh-tokoh lintas agama serta masukan dan pendapatnya selalu diterima secara logis saat pembahasan masalah dalam diskusi.
Lulusan magister University of Manchester, Inggris ini pun sangat kritis dalam menyuarakan hak-hak dan berandil merespon dalam setiap persoalan budaya.
Sejumlah tokoh dan seniman Sulsel pun merasa kehilangan sosok almarhum yang dikenal mencintai keberagaman serta senang menghargai orang lain.
Mantan wartawan senior sekaligus eks Humas Unhas, Dahlan Abubakar mengaku kaget setelah mendapat telepon bahwa Ishak meninggal. Tentunya sangat kehilangan budayawan, guru dan tokoh Sulawesi Selatan itu.
"Saya belum sempat menengok pesan melalui whatsApp, ketika tiba-tiba rekan Dr.Tammasse Balla, menelepon. Dia mengabarkan guru kita itu. Saya langsung termenung. Sesaat kemudian Prof Radi A Gany juga menelepon dan mengabarkan kabar duka, Hampir seluruh grup WA juga mengabarkan berduka cita," katanya.
"Itu membuktikan bahwa almarhum adalah tokoh lintas etnis dan lintas agama. Selamat Jalan sang guruku," tulis di akun media sosialnya.
Penyair asal Bulukumba, Andika Mappasomba juga menyampaikan rasa belasungkawa atas berpulangnya sosok budayawan ini.
Dirinya menilai Ishak memiliki sifat welas asih pada semua orang dan mempunyai humanisme yang kuat.
Selain itu, almarhum tidak membedakan siapa pun dalam bersikap, baik itu mahasiswanya. pejabat, tokoh maupun lainnya, semua diperlakukan sama memanusiakan manusia.
"Beliau adalah seorang ilmuwan dan mentor sejati. Sampai dimasa akhir hayatnya bila sehat, beliau masih setia dengan menyempatkan menghadiri undangan diskusi dilaksanakan oleh siapa pun, termasuk kelompok mahasiswa," ujar Andika.
Hingga saat ini suasana rumah duka mulai dipadati pelayat, beberapa karangan bunga duka cita terpasang di sekitar rumah duka.