Bisnis.com, MAKASSAR – Korban meninggal KMP Lestari Maju, Patta Daeng (65) sempat menghubungi anaknya melalui telepon genggam saat detik-detik kapal naas tersebut kandas hingga terbalik miring di atas karam Perairan Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Bapak (Patta Daeng) sempat menelpon beberapa kali sebelum kapal tenggelam. Tapi waktu itu saya masih di kantor belum sempat angkat, nanti beberapa saat saya telpon balik ternyata kena musibah," ujar anak kedua korban itu, Nurul Fajrin di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulsel, Rabu.
Ia menceritakan saat itu menerima telepon pada Selasa (3/6) pukul 13.33 Wita saat kedua orang tuanya beserta kerabatnya tengah berjuang menyelamatkan diri di feri naas yang kandas di pantai Pulau Pa'badilan, Kabupaten Kepulauan Selayar.
KMP Lestari Maju itu sengaja dikandaskan di pulau kecil di tengah perairan Kepulauan Selayar oleh nakhoda karena diduga terjadi kebocoran pada lambung bagian kiri kapal itu.
Nurul Fajrin saat itu meminta orang tuanya agar tetap tenang, meskipun gelombang laut kala itu cukup besar disertai angin kencang hingga air laut terus masuk ke lambung kapal.
Akibat mengalami kebocoran dan ombak besar sampai kapal oleng hingga secara perlahan kemudian tidak seimbang lalu terbalik. Bahkan, kata Fajrin, di waktu menengangkan itu, korban bersama istrinya Daeng Tallara (60) sedang memeluk tiang kapal itu.
"Bapak sama ibu sempat memeluk tiang kapal untuk bertahan hidup sebelum kapal terbalik siang hari itu. Orang tua saya juga tidak sempat dapat pelampung. Saya sempat bilang bertahan saja di situ sebentar lagi datang bantuan. Saya terus memberi semangat, tapi dia bilang doakan saja nak selamat," ucapnya.
Meskipun kenyataannya belum ada tanda bantuan datang, Fajrin terus memberikan semangat, bahkan dirinya sempat berfikir untuk mencari bantuan ke mana-mana, namun dalam situasi dan kondisi tegang akhirnya harus pasrah menunggu kabar terbaru.
"Saya sempat berfikir mencari bantuan, tapi bingung mau ke mana, lalu saya tinggalkan kantor, setelah kontak kami terputus. Saat itu juga tante saya sempat menelpon beberapa kali, lalu saya telepon balik dan ada komunikasi," beber dia.
Ketika berkomunikasi dengan tantenya Hj Sitti Awang yang bisa selamat dari kecelakaan laut itu, kata Fajrin, sempat menceritakan kondisi terakhir Tettanya (bapak) saat memeluk tiang kapal tampak berkeringat dingin, sebelum air laut sampai masuk dek kapal.
Tetapi setelah air laut memenuhi dek kapal, kedua orang tuanya sudah tidak berada lagi di tiang kapal itu.
"Saya sempat lihat Tettamu bersama ibumu masih pegang tiang kapal, namun setelah air memasuki dek kapal disertai ombak keras, hingga kapal mulai miring, saya lihat lagi mereke," tutur Fajrin yang mengutip cerita dari tantenya itu.
Fajrin menyebutkan tantenya pertama kali mengabari keluarga hingga diketahui terjadi kecelakaan kapal itu sampai tersiar ke publik.
Tantenya Hj Sitti Awang selamat beserta anak dan kemanakannya karena mereka bisa bertahan di sekoci, sementara orang tua Fajrin masih bertahan di kapal dan tidak sanggup menahan ombak besar hingga meninggal.
Menurut Fajrin, firasat akan kejadian itu juga sudah dirasakan saat anaknya memeluk kakeknya, Patta Daeng, sangat lama dan tidak biasanya seperti itu, namun diabaikan bahkan tidak tertangkap nalar.
"Anakku sempat peluk kakeknya meminta jangan pulang dulu ke Selayar karena suasana hari itu keluarga kami baru selesai acara pengantin di rumah. Awalnya saya heran tapi anggap biasa, ternyata itu tanda-tandanya," ucap Fajrin terharu.
Saat ditanyakan apakah kedua orang tuanya beserta kerabat telah terdaftar manifest sebagai penumpang resmi, Fajrin tidak mengetahui secara pasti, kecuali mengatakan mereka menumpangi mobil biro jasa atau travel yang melayani penumpang ke Selayar.
Awalnya Fajrin masih yakin kedua orang tuanya bisa selamat, namun beberapa jam kemudian setelah kejadian, bapaknya ditemukan sudah tidak bernyawa dengan kondisi beberapa luka di wajahnya, yang diduga terbentur benda keras, bersama ibunya yang juga telah meninggal.
"Makanya saya berangkat hari ini (Rabu) ke Selayar, sebab tidak bisa diwakili orang lain, kecuali anaknya untuk mengambil jenazah mereka di rumah sakit di sana. Tidak ada jalur laut dibuka maka saya menempuh jalur udara untuk memastikan serta mengambil jenazahnya," tambah Fajrin yang terlihat sedih.
Saling Menolong
Salah seorang keluarga korban lainnya juga menceritakan kerabatnya yang korban Demma Ganrang (51) bahwa sebelum meninggal, ia sempat menolong dan menyelamat lima orang dari kapal tenggelam itu.
"Dia berhasil menolong lima orang, tapi sayang setelah menyelamatkan orang, dirinya malah meninggal karena diduga kelelahan dan tidak sanggup menahan gempuran ombak," ujarnya yang mengutip keterangan dari para korban selamat tersebut.
Beberapa korban selamat juga menceritakan kejadian itu, bahkan para korban menelpon keluarganya, malah ada yang mendokumentasikan melalui foto dan video kejadian tersebut hingga menjadi viral dan diketahui khalayak setelah beberapa jam peristiwa itu berlangsung.
Berdasarkan data dari instansi terkait bahwa para korban kapal naas yang dievakuasi di Kabupaten Kepualuan Selayar itu tercatat korban meninggal dunia saat ini sebanyak 36 orang, di antaranya 35 orang sudah terindentifikasi, dan satu jenazah belum teridentifikasi.
Sementara korban selamat sebanyak 166 orang dengan rincian 47 orang dirawat di Rumah Sakit KH Hayyung Selayar, 56 orang dirawat Puskesmas Batangmata, dan Puskesmas Parangia dirawat 63 orang dengan total penumpang 201 penumpang.
Daftar manifest yang dirilis BPBD Kabupaten Kepulauan Selayar menyebutkan KM Lestari Maju yang melayani penumpang rute Pelabuhan Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba - Pelabuhan Pamatata Selayar itu mengangkut 139 penumpang.
Kapal yang dinakhodahi Agus Susanto ini mengangkut kendaraan roda dua sebanyak 18 unit, kendaraan roda empat 14 unit, kendaraan golongan lima sebanyak delapan unit dan kendaraan golongan enam sebanyak delapan unit, sehingga total jumlah kendaraan 48 unit.
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R Agus H Purnomo, laporan dari Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Bulukumba, kapal tersebut kemasukan air karena cuaca buruk pada Selasa Pukul 14.30 WITA dan oleh nakhoda kapal sengaja dikandaskan agar tidak tenggelam untuk memudahkan evakuasi penumpang.