Bisnis.com, JAKARTA - Museum Holocaust yang dibangun oleh komunitas Yahudi di Minahasa, Sulawesi Utara menjadi polemik.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan anggota DPR RI dari Fraksi PKS diketahui menentang keras pembangunan museum tersebut.
Anggota DPR sekaligus Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi PKS, Hidayat Nur Wahid mengatakan, mendukung sikap penolakan dari MUI dan ormas Islam lainnya atas dibukanya Museum Holocaust di Minahasa tersebut.
“Kami mendukung sikap Ketua MUI Bidang Kerja Sama Luar Negeri dan Hubungan Internasional, Prof. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, yang menuntut ditutupnya pameran foto dan Museum Holocaust di Tondano, dimana museum semacam ini berpotensi menghadirkan keresahan dan kontraproduktif terhadap upaya pembelaan terhadap Palestina yang diperjuangkan oleh pemerintah dan rakyat Indonesia, juga berpotensi memicu kegaduhan tidak perlu di tengah khalayak publik Indonesia yang saat ini semestinya berkonsentrasi menghadapi gelombang varian Omicron,” terangnya dikutip dari laman fraksi.pks.id.
Dalam kesempatan itu, dirinya juga mempertanyakan motif di balik pembukaan pameran foto dan Museum Holocaust di Tondano tersebut.
Baca Juga
“Kepentingan dari museum ini juga perlu dipertanyakan, jika alasannya mencegah antisemitisme, maka Indonesia yang tidak meratifikasi UU itu justru setiap hari dipertontonkan laku teror dan genocyde dan sejenis holocaust oleh Israel terhadap Bangsa Palestina, sehingga bangsa Palestina tercerai berai ada yang di Tepi Barat, di Gaza atau di kawasan pendudukan Israel,” terangnya.
Sebagai pihak yang mengaku menjadi korban dari Holocaust Nazi, imbuhnya, mestinya Israel tidak mengulangi hal yang sejenis kepada Bangsa yang lain, dalam hal ini Palestina.
“Jadi Museum Holocaust itu kalaupun diperlukan, mestinya untuk Israel sendiri. Untuk bangkitkan kesadaran kolektif di Israel betapa jahatnya holocaust, agar tidak diulangi oleh Israel terhadap bangsa manapun juga,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan museum tersebut di Minahasa patut dicurigai akan adanya manuver politik dari pihak tertentu yang menginginkan agar hubungan diplomatik antara Israel dengan Indonesua kembali terjadi.
“Apalagi ternyata museum di Tondano itu bekerjasama dengan Museum Yad Vashem Israel, dimana direkturnya adalah tokoh besar pemukiman ilegal Israel di Tepi Barat, kawasan Palestina. Manuver semacam itu tentu sangat intoleran terhadap sikap resmi Bangsa dan Negara Indonesia, dan bertolak belakang dengan nilai-nilai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta menolak segala bentuk penjajahan, dan karenanya mendukung Palestina merdeka dan menolak penjajahan Israel,” tegasnya.