Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Inklusivitas Muamalat Sulampua 2 Tahun Terakhir

Kendati tengah berada dalam pusaran problem fundamental perbankan, Bank Muamalat Sulampua tetap mampu menorehkan raihan kinerja pertumbuhan indikator bisnis dalam kurun dua tahun terakhir.
Karyawati Bank Muamalat melayani nasabah di Makassar, Sulawesi Selatan/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Karyawati Bank Muamalat melayani nasabah di Makassar, Sulawesi Selatan/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, MAKASSAR - Kendati tengah berada dalam pusaran problem fundamental perbankan, Bank Muamalat Sulampua tetap mampu menorehkan raihan kinerja pertumbuhan indikator bisnis dalam kurun dua tahun terakhir.

Laju utilitas produk layanan perbankan syariah yang disediakan perseroan, terserap optimal di Regional Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) dibarengi dengan serangkaian langkah kolaboratif dengan orientasi diversifikasi segmentasi nasabah.

Sebagai gambaran, Bank Muamalat Sulampua menjadi jaringan kantor perseroan level regional yang paling aktif berpartisipasi dalam event komunitas dengan menyisipkan kampanye perihal pemanfaatan layanan perbankan syariah.

Salah satunya melalui pelibatan Muamalat Sulampua pada aktivitas Project Dakwah yang dimanifestasikan melaui kegiatan syiar islam berbalut edukasi seperti Kopdar Pegiat Hijrah, lalu Tabligh Akbar hingga tren milenial Flashmob Shalat Berjamaah dengan menggandeng sejumlah komunitas berbagai segmen.

Kampanye #ayoHijrah yang sejak kuartal IV/2018 menjadi brand produk Muamalat secara nasional, juga berawal dari Regional Sulampua yang konsisten mengadopsi tren hijrah sebagai ceruk potensial dalam mengatrol pemanfaatan maupun utilitas produk.

Menurut Pemimpin Bank Muamalat Regional Sulampua Ahmad S. Ilham, serangkaian penetrasi kolaboratif tidak sekadar berorientasi pada sisi bisnis, namun juga berupaya mendorong ekosistem keuangan syariah agar pada muaranya berkontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah untuk skala makro.

"Kami mencoba lebih akomodatif terhadap kebutuhan layanan perbankan nasabah tanpa memandang segmentasi, namun tetap mengedepankan prinsip syariah sesuai core bussiness Muamalat. Ekosistem nya yang kita bangun, agar efek bergandanya untuk daerah bisa lebih terasa," tutur pria asal Bulukumba, Sulsel, yang kerap disapa Ilo' ini, Kamis (18/7/2019).

Selain itu, konsep Coffe Shop Hijrah yang dipadukan dengan layanan di kantor cabang Muamalat pertama kali diterapkan oleh Regional Sulampua, di mana selanjutnya diadopsi oleh Bank Muamalat untuk skala nasional.

Pada sisi lain, langkah diversifikasi nasabah ritel direalisasikan pula oleh Bank Muamalat yang menjangkau lebih banyak segmen ASN di Sulsel dan Regional Sulampua, lalu menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah yang intensif berjalan dalam kurun dua tahun terakhir. 

"Dan menariknya, itu semua terealisasi karena permintaan dari pemda atau ASN secara personal. Mungkin karena kesadaran, semangat hijrah yang mulai dipahami, sejalan juga sebenarnya dengan kampanye #ayoHijrah," ucap Ilo' yang bergabung di Bank Muamalat sejak 2017 tersebut. 

Serangkaian hal positif yang dilakukan itu berimbas terhadap kinerja Muamalat Sulampua yang kian menarik kepercayaan nasabah atau ummat secara khusus.

Ini terukur dari komposisi dana murah dalam bentuk tabungan yang terhimpun di Muamalat Sulampua, di mana mencapai 60% tehadap total penghimpunan dana (funding).

Padahal pada dua tahun sebelumnya, komposisi dana murah (current account saving account/CASA Muamalat Sulampua hanya berkutat di angka 30% dengan capaian tertinggi di level 40%.

Sebagai gambaran pula, pertumbuhan nasabah baru di Makassar, sebagai indikator pasar potensial perbankan di Sulampua, dulunya hanya berkisar 3.000 hingga 3.500 nasabah per tahun, namun terjadi kelonjakan hingga 300% dengan total nasabah baru mencapai 15.000 per tahun di 2017 hingga 2018.

Laju pertumbuhan CASA yang terhimpun Muamalat Regional Sulampua tumbuh 7,2% secara tahunan di kuartal I/2019, sedangkan secara nasional hanya bergerak di level 3,2% pada periode yang sama tahun ini.

Pada kesempatan lain, kalangan agen perjalanan umrah dan haji memandang Bank Muamalat Sulampua kini lebih mampu mengakomodir kebutuhan pelaku industri dalam menunjang kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan ummat.

Ketua Asosiasi Muslim Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Amphuri) Sulampua, Azhar Ghazali mengemukakan hal tersebut terindikasi dari pola layanan Muamalat yang lebih milenial, fleksibel dan lebih mengadopsi prinsip Muamalah.

Menurutnya, hal ini mulai mengemuka sejak dua tahun silam setelah Muamalat khususnya untuk Regional Sulampua dinakhodai oleh Ahmad S. Ilham. 

Selain itu, dia melihat sosok Ilham lebih kreatif dalam mengawal produk dan mampu menjalin kemitraan yang kuat sebagai perbankan syariah.

Di sisi lain, gaya kepemimpinan Ilham lanjutnya, mampu diterima semua pihak dan mampu mengakomodir semua kalangan terutama untuk urusan ummat.

“Dulu terkesan kaku dalam layanan, keputusan serba menunggu lama dari pusat dan dengan macam-macam alasan. Jadi lambat lajunya. Ini mampu diterobos dan mempermudah layanan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sondang Martha, mengatakan bahwa perbankan syariah di Sulsel harus menciptakan terobosan agar menarik bagi masyarakat.

Menurutnya, perbankan syariah secara umum masih di bawa rata-rata bank konvensional, oleh sebab itu perlu edukasi dan literasi yang lebih menarik sehingga masyarakat mau menjadi nasabah pengguna instrumen-instrumen syariah.

Hal paling penting yang harus dicatat perbankan syariah di Sulsel adalah bagaimana berkompetisi secara positif dengan instrumen-instrumen yang konvensional.

"Kita tidak bisa menafikan bahwa kecenderungan masyarakat itu mencari untung, jadi kalau tidak ada hal menarik ditawarkan perbankan syariah, maka masyarakat akan kembali ke konvensional," ujarnya. 

Berdasarkan data per April 2019, total aset perbankan syariah di Sulsel yaitu Rp7,9 triliun dari total aset perbankan di provinsi ini Rp147,06 triliun.

Perbankan syariah juga masih mencatatkan NPL yang tinggi yaitu 4,75% dibanding bank umum di level 3,68%. Sementara market share perbankan syariah masih sebesar 5,40%.

Artinya, jika dilihat dari sisi market share tersebut, kinerja perbankan syariah masih sangat timpang jika dibanding dengan raihan bank konvensional, di mana pada periode April 2019 mencatatkan aset sebesar Rp139,13 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sitti Hamdana R
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper