Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Pengungsi Bencana Sulteng Kehilangan Pekerjaan

Banyak warga Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, khUsusnya pekerja swasta, pengusaha dan petani, kehilangan pekerjaan akibat bencana gempa bumi disertai likuifaksi yang memorak-porandakan kelurahan tersebut pada 28 September 2018.
Selembar spanduk larangan membangun di area bekas tsunami dipasang di kawasan pantai Kelurahan Mamboro, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (3/11/2018)./Antara-Basri Marzuki
Selembar spanduk larangan membangun di area bekas tsunami dipasang di kawasan pantai Kelurahan Mamboro, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (3/11/2018)./Antara-Basri Marzuki

Bisnis.com, PALU – Banyak warga Kelurahan Petobo, Kota Palu, Sulawesi Tengah, khUsusnya pekerja swasta, pengusaha dan petani, kehilangan pekerjaan akibat bencana gempa bumi disertai likuifaksi yang memorak-porandakan kelurahan tersebut pada 28 September 2018.

"Tidak sedikit harta benda hilang akibat bencana ini, banyak jadi pengangguran termasuk saya," kata Rudi, salah seorang warga setempat yang sebelumnya bekerja sebagai penjaga gudang kakao di Petobo, saat ditemui di tenda pengungsian, Rabu (7/11/2018).

Fatmawati, warga setempat yang sebelumnya sebagai pedagang kios barang campuran mengatakan dirinya tidak lagi memiliki modal untuk membangun usahanya karena harta bendanya habis diterjang lumpur.

"Saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bersabar, kondisi kami tinggal di tenda pengungsian sambil menunggu hunian tetap dari pemerintah, " tururnya.

Gempa bumi bermagnitudo 7,4 pada Skala Richter mengguncang Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala mengakibatkan tsunami dan likuifaksi 28 September 2018 bukan hanya menghancurkan harta benda melainkan menelan lebih dari 2.000 jiwa serta memaksa puluhan ribu warga mengungsi.

Akibat bencana dahsyat itu sebagian warga Petobo beralih profesi memungut puing-puing bangunan yang masih bernilai ekonomis kemudian dijual dan hasilnya digunakan untuk bertahan hidup.

"Benar, banyak warga terpaksa mengambil barang-barang bekas di bawah rerutuhan bangunan seperti besi-besi bangunan bahkan atap seng yang sudah berserakan di tanah dijual dengan harga Rp15 ribu hingga Rp25 libu per lembar," kata Abd Naim yang juga Ketua RT 1/RW 5 Kelurahan Petobo.

Kini aktivitas warga di tenda pengungsian sangat terbatas, mereka sehari-harinya saling bahu membahu membangun tempat tinggal mereka yang bersifat sementara meskipun pemerintah saat ini sedang membangun hunian sementara untuk para pengungsi.

"Dengan bahan material seadanya sebagian warga sudah mendirikan tempat tinggal mereka untuk jangka pendek menunggu kepastian pembangunan hunian tetap dari pemerintah. Sebab lokasi pengungsian ini gersang sehingga jika siang hari hawanya sangat panas, belum lagi sumber air bersih tidak ada, " ungkap Naim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler