Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kantor Kependudukan Palu Ramai Didatangi Warga

Warga Kota Palu, Sulawesi Tengah hingga kini masih memadati Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengurus berbagai dokumen kependudukan.
Sejumlah warga berada di lokasi bekas terjadinya pencairan tanah (likuifaksi) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (2/11/2018)./Antara-Mohamad Hamzah
Sejumlah warga berada di lokasi bekas terjadinya pencairan tanah (likuifaksi) di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (2/11/2018)./Antara-Mohamad Hamzah

Bisnis.com, PALU – Warga Kota Palu, Sulawesi Tengah hingga kini masih memadati Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mengurus berbagai dokumen kependudukan yang hilang akibat gempabumi dan tsunami yang terjadi pada 28 September 2018.

Banyak warga yang terlihat antre untuk mengurus kartu keluarga, KTP dan juga dokumen kependudukan lainnya yang hilang saat gempabumi 7,4 SR yang diikuti tsunami menghajar Ibu Kota Provinsi Sulteng.

Sudah beberapa hari ini, Rama,seorang warga mengaku mengurus dokumen kependudukan di Kantor Dukcapil Kota Palu.

Rama, salah seorang warga yang tinggal di Petoba, lokasi likuifaksi gempabumi, semua surat-surat penting lenyap terkubur lumpur saat bencana alam tersebut memporak-porandakan permukiman padat penduduk di Kelurahan Petobo, Kecamatan Palu Selatan.

"Tidak ada ada yang terisa, semua harta benda kami habis," kata dia sambil meneteskan airmata tidak kuasa menahan kesedihannya.

Kota Palu sering diguncang gempabumi, tetapi gempa kali ini sungguh dahsyat bagaikan "kiamat kecil", tuturnya.

Dia mengaku, meski harta benda habis diterjang gempabumi, tetapi lelaki asal Kabupaten Morowali Utara (Morut) yang juga tenaga guru honor di salah satu sekolkah dasar (SD) di Petobo itu bersama istrinya bisa selamat dari kepungan lumpur.

Bahkan, ketika mereka lari, sempat menyelematkan tiga orang anak, yang ternyata anak-anak itu adalah siswanya .

"Saya merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan, karena bisa menyelamatkan tiga jiwa saat lumpur menggulung dan menguburkan rumah dinas sekolah yang selama bertahun-tahun kami tinggali," ujarnya.

Rama dan istrinya (Nona) selama ini bekerja sebagai guru di SD Petobo. Rumah dinas bersama isinya dan juga gedung sekolah musnah di terjang bencana gempabumi.

Kini, kata Rama, mereka tinggal di lokasi pengungsian, meski dengan kondisi yang cukup memprihatinkan karena bila hujan airnya masuk dalam tenda, sebab hanya tenda terpal.

Petobo salah satu lokasi permukiman penduduk yang masuk wilayah likuifaksi sehingga tidak mungkin lagi dibangun rumah-rumah dan bangunan lainnya.

Pemerintah Kota Palu sudah menyiapkan lokasi permukiman baru bagi penduduk petobo. Jumlah penduduk Petobo sekitar 13.000 jiwa dan semuanya telah mengungsi ke berbagai lokasi pengungsian yang ada di sekitarnya.

Hal senada juga disampaikan Rinse, seorang warga yang tinggal di Pantai Talise. Ia juga mengatakan terpaksa mengurus KTP dan dokumen kependudukan lainya, karena hilang diterjang tsunami.

Tempat tinggalnya berserta dengan seluruh isi rumah habis diterjang tsunami pada 28 September 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler