Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tarif Pesawat dan Bensin Picu Inflasi Sulsel

Laju inflasi Sulawesi Selatan sepanjang bulan lalu berada pada level 0,27% seiring dengan pergerakan harga pada sejumlah komoditas sekunder.
/Bisnis
/Bisnis

Bisnis.com, MAKASSAR - Laju inflasi Sulawesi Selatan sepanjang bulan lalu berada pada level 0,27% seiring dengan pergerakan harga pada sejumlah komoditas sekunder.

Pergerakan harga tersebut tercermin dari naiknya indeks harga konsumen (IHK) menjadi 134,56 poin dari bulan sebelumnya 134 poin.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel Yos Rusdiansyah mengatakan sebagian besar komponen pembentuk inflasi juga mengalami kenaikan secara bulanan, sehingga berdampak sangat besar terhadap laju inflasi.

Kenaikan paling tinggi terjadi pada komponen transportasi yakni 1,31%, lalu sandang 0,64%, kesehatan 0,45% serta pendidikan 0,19%.

Kemudian komponen perumahan 0,1% serta makanan jadi 0,09%, sedangkan komponen bahan makanan pengalami penurunan indeks 0,32% namun tidak mempengaruhi tekanan inflasi secara umum.

"Beberapa harga komoditas pangan sebenarnya ada penurunan di Oktober kemarin. Namun beberapa item dari komponen transportasi mengalami kenaikan harga cukup besar, sehingga laju inflasi terbentuk secara umum," ujarnya, Kamis (1/11/2018).

Adapun komoditas atau item dari komponen transportasi yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi sepanjang bulan lalu adalah tarif angkutan udara hingga bahan bakar minyak segmen non subsidi.

Dari sisi kota IHK di Sulsel, lanjut Yos, terdapat tiga kota yang mengalami inflasi yakni Makassar 0,35%, lalu Parepare 0,2% serta watampone sebesar 0,02%.

Sementara untuk dua kota IHK lainnya yakni Bulukumba dab Palopo justru mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,18% serta 0,22%.

Adapun secara umum untuk periode Januari-Oktober 2018, laju inflasi tahun kalender Sulsel berada pada level 2,34% sedangkan laju inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 3,69%.

Dalam kesempatan berbeda, Kadis Perdagangan Sulsel Hadi Basalamah menilai laju inflasi yang terbentuk di Oktober sebagian besar dipicu oleh segmen administered price.

"Karena bisa kita lihat, komoditas pangan kita cukup stabil harganya bulan lalu. beras dan lainnya sangat terjaga, stok sampai harganya," paparnya saat dihubungi Bisnis.

Menurut dia, langkah antisipasi juga telah disiapkan oleh pemprov bersama seluruh elemen dalam TPID Sulsel untuk mengawal inflasi tetap berada pada level yang terjaga.

 Apalagi, lanjut Hadi, siklus tahunan peningkatan konsumsi yang terjadi di akhir tahun senantiasa terjadi cukup signifikan sehingga membutuhkan upaya ekstra dalam menjag inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper