Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sulselbar Kaji Portofolio Sistem Resi Gudang

Bank Sulselbar tengah melakukan kajian dan analisis mendalam perihal potensi penyaluran pembiayaan melalui pemanfaatan sistem resi gudang atau SRG.
Kantor Bank Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan./Ilustrasi
Kantor Bank Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan./Ilustrasi

Bisnis.com, MAKASSAR--Bank Sulselbar tengah melakukan kajian dan analisis mendalam perihal potensi penyaluran pembiayaan melalui pemanfaatan sistem resi gudang atau SRG.

 

Group Head Treasury Bank Sulselbar Andi Irmayanti Sultan mengemukakan SRG menjadi peluang bagi perseroan dalam upaya perluasan portofolio bisnis dengan mengacu pada potensi komoditas agrbisnis yang dimiliki pada daerah cakupan operasional.

 

Menurut dia, wilayah Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Barat yang menjadi basis bisnis Bank Sulselbar merupakan sentra produksi sejumlah komodotas strategis yang memungkinkan untuk masuk dalam SRG.

 

"Sangat memungkinkan untuk kami jangkau skema [SRG] ini. Apalagi sejalan dengan visi kami untuk memberikan kontribusi optimal bagi pemda maupun Sulselbar secara umum," katanya kepada Bisnis, Kamis (23/8/2018).

 

Kendati demikian, lanjut dia, perluasan portofolio dengan pemanfaatan SRG itu masih harus melalui serangkaian tahapan kajian yang secara aktif dilakukan perseroan.

 

Irmayanti menjelaskan, proses perluasan portofolio dilakukan sesuai dengan prinsip industri perbankan sehingga dalam realisasinya nanti bisa lebih maksimal sembari memberikan manfaat bagi stakholder terutama yang terkait dengan SRG.

 

"Tentunya kami lakukan dulu analisa kelayakan, hasilnya seperti apa untuk kemudian menjadi landasan bagi Bank Sulselbar untuk masuk dalam tahapan eksekusi SRG ini," ujarnya.

 

Sementara itu, Deputi Kepala BI Provinsi Sulsel Dwityapoetra S. Besar mengatakan SRG bisa menjadi salah satu instrumen bagi Bank Sulselbar untuk mempercepat transformasi BPD dengan kontribusi maksimal bagi daerah.

 

Menurut dia, Sulsel pada khususnya memiliki sederet komoditas perkebunan strategis seperti kakao maupun kopi serta agribisnis lainnya yang berorientasi ekspor serta layak memanfaatkan SRG.

 

"Bank Sulselbar sangat mungkin terlibat lebih jauh dalam pengembangan SRG di Sulsel khususnya. Tidak hanya terbatas pada pembiayaan pemegang SRG, tetapi juga ikut mengembangkan penyediaan gudang yang berkualifikasi penerapan SRG," katanya.

 

Dwityapoetra memaparkan, SRG sendiri merupakan instrumen perdagangan maupun keuangan yang memungkinkan komoditas yang disimpan dalam gudang memperoleh pembiayaan dari lembaga keuangan tanpa diperlukan jaminan lainnya sehingga dapat meningkatkan pembiayaan kepada petani.

 

Menurut dia, penyimpanan komoditas pada gudang SRG pada saat harga jual jatuh (tunda jual) sehingga dapat menjaga kestabilan harga atau inflasi.

 

Sekedar diketahui, implementasi SRG di Indonesia dimulai sejak ditetapkannya UU No.9/2006 kemudian diubah oleh UU No.9/2011 dengan komoditas SRG meliputi gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput laut, rotan, dan garam. 

 

"Sulsel memiliki potensi besar untuk SRG ini, dan Bank Sulselbar bisa mengambil peran strategis dalam pengembangannya kedepan," tutur Dwityapoetra.

 

Hanya saja, papar dia, volume gudang di Sulsel yang memungkinkan mengadopsi SRG masih sangat terbatas dan belum tersebar secara proporsional pada kabupaten/kota sentra produksi komoditas yang masuk dalam daftar SRG.

 

Untuk skala lebih luas, Dwityapoetra serangkaian hal tersebut bisa dipecahkan melalui sinergitas seluruh pihak terkait mulai dari pemda, pengelola gudang, serta petani agar pemanfataan SRG di Sulsel bisa lebih optimal.

 

"Banyak unsur yang berperan penting untuk optimalisasinya, mulai dari petani sendiri bagaimana produksinya bisa memenuhi kuota pada gudang SRG, lalu profesionalisme pengelola gudang dan tentunya pemerintah daerah setempat. Jika semuanya terkoneksi dengan baik, perbankan bisa lebih leluasa nantinya, Bank Sulselbar bisa lebih efektif penterasinya juga memanfaatkan SRG ini," urai dia.

 

Pada kesempatan lain, Ketua Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Sulsel Sulaiman Loeloe mengungkapkan bahwa fasilitas gudang yang memiliki kualifikasi SRG di Sulsel semakin susut.

 

Bahkan, kata dia, petani komoditas perkebunan yang berada dalam naungan Gapperindo relatif sulit menemukan gudang yang memiliki kualifikasi SRG untuk kemudian dijadikan sebagai tempat penitipan hasil panen.

 

"Jujur saja, saat ini sudah cukup sulit menemukan gudang yang layak untuk dijadikan tempat penyimpanan hasil panen," katanya saat dihubungi Bisnis.

 

Menurut Sulaiman, gudang memiliki kualifikasi SRG dinilai bisa memberikan banyak manfaat bagi petani, mulai dari rantai distribusi yang efesien hingga menjadi pendukung dalam mengakses pembiayaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Amri Nur Rahmat
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler