Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Pertumbuhan Pariwisata Sulut 66%, Lebih Tinggi dari Pariwisata Nasional

Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) berdasarkan data Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR), menduduki peringkat pertama di Indonesia dengan 66%. Capaian ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan pariwisata Indonesia yang sebesar 22%.
Warga menyaksikan parade kendaraan hias pada Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2017 di Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (8/8)./ANTARA-Adwit B Pramono
Warga menyaksikan parade kendaraan hias pada Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2017 di Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (8/8)./ANTARA-Adwit B Pramono

Bisnis.com, MANADO -- Pertumbuhan pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara terus mengalami kenaikan yang signifikan dan tercatat tumbuh 66% hingga tahun ini.

Laju pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) berdasarkan data Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR), menduduki peringkat pertama di Indonesia dengan 66%. Capaian ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan pariwisata Indonesia yang sebesar 22%.

Adapun daerah lainnya seperti Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki CAGR 20% dan Bali 15%.

Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw menerangkan pertumbuhan pariwisata Sulut masih berpotensi untuk bertambah, terlebih bila kerja sama penerbangan langsung dari dan ke Korea Selatan (Korsel) terlaksana dalam waktu dekat.

"Sekarang itu pertumbuhan pariwisata Sulut dibandingkan dengan daerah lain sangat pesat. Sekarang kita sudah 66% pertumbuhannya. Namun, ini jangan berbangga, masih banyak pekerjaan yang harus dituntaskan," ujarnya dalam pernyataan resmi, Jumat (20/7/2018).

Steven menambahkan salah satu kendala yang dihadapi provinsi tersebut adalah belum adanya atraksi tetap. Dia mencontohkan pariwisata di Bali turut ditopang seni pertunjukan dan budaya yang selalu tersedia.

"Kan bisa dari 15 kabupaten/kota menggelar satu atraksi dalam sehari. Itu bisa dilakukan secara bergantian antara kabupaten/kota. Jika kita telah memiliki atraksi yang tetap, maka yakin kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Sulut akan meningkat drastis," imbuh Steven.

Selain itu, masih ada keluhan mengenai harga restoran, penginapan, maupun tiket. Untuk itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut meminta masyarakat untuk menjaga kenyamanan wisatawan. 

"Suasana kita di daerah juga tentu harus dijaga. Jangan sampai turis baru sampai ke daerah, ada pencopetan, taksi yang memiliki argo yang tinggi, serta bau tidak sedap di daerah. Ini yang semua harus dijaga. Saya minta semua kepala dinas harus pro aktif," urainya.

Kunjungan wisatawan yang tinggi pun mesti diimbangi dengan naiknya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika dua hal ini tidak berjalan beriringan, maka ada masalah yang harus diselesaikan.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, pada Mei 2018 wisman China mendominasi. Jumlah wisman dari Negeri Panda mencapai 8.324 orang atau 88,51% dari total wisman.

Hal ini didukung oleh banyaknya penerbangan sewa dari China menuju Manado dalam dua tahun terakhir.

Di posisi berikutnya adalah wisman AS dengan 172 orang atau 1,83%, Jerman 160 orang atau 1,7%, Singapura 104 orang atau 1,11%, Australia 84 orang atau 0,89%, Hong Kong 73 orang atau 0,78%.

Dilihat dari pintu masuknya, jumlah wisman yang datang lewat Bandara Sam Ratulangi tercatat sebanyak 9.405 orang pada Mei 2018 atau turun 7,79% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebanyak 10.200 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper